Mohon tunggu...
Inovasi

Misteri Warisan Sri Ningsih "Tentang Kamu"

26 Februari 2018   20:49 Diperbarui: 26 Februari 2018   21:22 4834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan jenisnya, novel karya Tere Liye dapat digolongkan ke dalam novel popular. Selain banyak diminati oleh kalangan masayarakat, maksud popular disini adalah sebuah novel yang dibaca untuk kepentingan hiburan semata, berfungsi personal atau untuk hiburan sendiri, isinya hanya kenyataan semu atau fantasi, dan tidak diulas oleh kritikus sastra (Perbedaan novel serius dan novel popular menurut Yudiono 1986:117).

Novel Tentang Kamumengisahkan perjalanan dan perjuangan hidup tokoh utama, Sri Ningsih. Ia terlahir dari keluarga pelaut asal Pulau Bungin, Nusa Tenggara Barat. Pulau Bungin adalah perkampungan nelayan terpadat nomor 7 di dunia. Namun setidaknya Pulau Bungin jauh lebih beruntung, penduduknya cukup sejahtera dan bersentuhan dengan kemajuan teknologi. 

Sri Ningsih kecil sudah hidup susah, akhirnya pada suatu hari ia memilih untuk merantau ke pulau Jawa tepatnya di salah satu madrasah di Surakarta bersama adiknya, Tilamuta. Di situ lah Sri Ningsih mulai belajar tanggung jawab, menghargai orang lain, dan lebih mengerti apa itu arti sabar. Bertahun tahun di madrasah juga membawa suka dan duka. Bertemu banyak teman dan menjadi kepercayaan Nyai di madrasah tersebut. Sri Ningsih juga berahabat baik dengan Nuraini dan Sulastri. 

Sampai pada akhirnya terjadilah kesalahpahaman yang mengakibatkan pengkhianatan yang dilakukan oleh Sulastri. Singkat cerita, Sri Ningsih melanjutkan hidupnya dengan mencoba hal-hal baru hingga pada masa tua nya ia memilih untuk hidup di salah satu panti jompo di Paris dengan meninggalkan teka-teki warisan yang harus diselesaikan.

Tentang Kamu, dari judulnya sudah pasti kalangan masyarakat akan menyimpulkan bahwa isi cerita di dalam novel tersebut adalah kisah cinta remaja. Namun, ternyata setelah membacaya, kisah cinta tidaklah hal yang dominan dalam novel tersebut. Novel ini lebih mengangkat tema sebuah perjuangan hidup seseorang dari masa lalu yang gelap hingga kesuksesannya di masa depan. 

Perjuangan tersebut tergambar dari kisah hidup seorang tokoh yang bernama Sri Ningsih yang harus banting tulang sejak ditinggal oleh Ibunda nya. Di dalam kisah hidupnya, Sri Ningsih selalu tertimpa ujian yang bertubi-tubi. Namun dengan itu semua, Sri Ningsih menjadi kuat dalam menghadapi permasalahan. Untuk memperjelas, dapat kita lihat dalam penggalan novel berikut, "Tapi bukan jatuh miskin atau kelaparan yang membuat Sri rumit, karena sejak kecil dia sudah dibiasakan bapaknya hidup prihatin(hal. 103)."

 Selain mengangkat tema perjuangan hidup, novel ini juga banyak menceritakan peranan hukum, keadilan, dan hak asasi manusia dalam menyeselesaikan masalah rumit dialami Sri Ningsih. Tere Liye menggambarkan peranan hukum tersebut dengan memberikan beberapa contoh firma hukum yang berperan dalam mengupas masalah yang dialami Sri Ningsih. 

Untuk memperjelas, dapat kita lihat dalam penggalan novel berikut "jika terjadi sesuatu dengan nama yang tertulis di sana, akan ada telepon yang menghubungi firma kita, dan atas situasi tersebut, Thompson & Co. Diberikan mandat untuk menyelesaikan warisan wanita tua ini seadil-adilnya sesuai hukum yang berlaku(hal. 13)."Dalam novel ini tentu saja mengangkat kisah cinta, namun kisah cinta disini hanya mewarnai sekilas hidup Sri Ningsih di masa muda nya, namun tidak terlalu mendominasi keseluruhan cerita.

Novel ini memiliki tiga tokoh utama yang sangat menarik. Pertama, Sri Ningsih, seorang anak kecil yang periang pada awalnya, "Anak itu amat periang, giginya tanggal dua, saat tersenyum atau tertawa, tidak pelak membuat orang lain jadi terpingkal(hal. 82)." Sri Ningsih fisiknya sama seperti anak-anak pada umumnya, "warna kulit yang gelap, tubuhnya pendek, gempal, rambutnya panjang hingga ke punggung(hal. 82)." Kemudian tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik, "Aku tahu kamu selalu merasa sebagai gadis  yang pendek, gempal, dan hitam, tapi kamu itu cantik, Sri...(hal. 356)." 

Seorang Sri Ningsih adalah sosok perempuan yang bersahaja, berpengetahuan luas, disiplin, dan bertanggung jawab, "Iya benar, jangan pernah meremehkan pengetahuan Ibu Sri dalam banyak hal. Aku juga terkejut saat dia memintaku melakukannya demikian. Entah sejak kapan dia mempelajari hal itu, tapi Ibu Sri selalu tahu persis apa yang dia lakukan. Dia tidak menghindari pajak, dia selalu tertib membayarnya. Aku yakin, dia memilih menggunakan SPV hanya agar tidak terlihat mencolok. Ibu Sri Ningsih adalah pribadi yang selalu bersahaja. Aku pernah melihatnya menyikat sendiri kakus ruangan kantornya, padahal dia adalah pemilik pabrik ini(hal. 276)." 

Selain itu, Sri Ningsih juga mudah menyesuaikan lingkungan baru dan pandai berkomunikasi, "Gaya bahasa Sri Ningsih mulai berubah, lebih lincah. Pergaulannya di Jakarta telah membuatnya lebih pandai berkomunikasi. Sri Ningsih mulai bertransformasi dari gadis yang tinggal di madrasah menjadi wanita yang tinggal di kota besar(hal. 226)." Kebanyakan sifat Sri Ningsih digambarkan oleh penulis melalui gambaran fisik, perilaku, dan tata bahasa tokoh.

Kedua, tokoh ini sangat berperan dalam pemecahan masalah Sri Ningsih. Zaman Zulkarnaen, sosok pria muda berumur 30 tahun yang telah menyelesaikan kuliah master hukum di Oxford University, London, "anak muda usia 30 tahun yang berasal dari negara tropis itu menggigil. Dia tidak pernah terbiasa dengan iklim London, walalupun sudah menetap sejak menyelesaikan kuliah master hukum di Oxford University(hal. 1-2)." 

Selain itu, Zaman adalah sosok pengacara yang dapat dipercaya dalam menjalankan amanahnya, ia terus mencari bukti-bukti mengenai kasus Sri Ningsih dengan sabar, "Dia adalah pengacara dari Belgrave Square, London, sedang melakukan investigasi tentang Sri Ningsih, agar bisa melaksanakan amanatnya." Zaman juga termasuk anak yang sayang kepada ibunya, "Nanti Zaman telepon lagi. Peluk cium untuk Ibu. Bagi Zaman, Ibu adalah segalanya, dulu, sekarang, hingga kapanpun(hal. 428)." Tokoh Zaman ini banyak digambarkan melalui perilaku dan kehidupan tokoh tersebut.

Ketiga, Sulastri, tokoh ini bisa disebut sebagai tokoh antagonis karena peranannya menentang tokoh utama. Pada awalnya tokoh Sulastri termasuk sahabat baik Sri Ningsih. Namun, hingga akhirnya datanglah sebuah pengkhianatan yang membuat persahabatan mereka retak, "Mbak Lastri hanya balas menatap Sri dengan ekspresi datar, membuat Sri jadi malu sendiri dengan kualitas gurauannya. Itu kali pertama Sri melihat wajah Mbak Lastri yang berbeda. 

Ibarat cermin, persahabatan mereka bertiga mulai retak(hal. 177)."Semua itu berawal dari kecemburuan Sulastri akan suami Nuraini yang akan menggantikan jabatan sebagai kepala Madrasah. Itulah yang sebenarnya didambakan oleh Sulastri selama ini, menjadi Nyai Kiai di madrasah tersebut. 

Namun semua itu berubah karena Nuraini menikah dan otomatis jabatan kepala madrasah akan diberikan kepada suami Nuraini, bukan suami Sulastri, "Nyala api cemburu itu juga telah menyala di hati Mbak Lastri. Semua orang tahu, jika besok lusa Musoh jadi menggantikan Kiai Ma'sum, maka secara otomatis Mbak Lastri akan menjadi Nyai Kiai, mengurus seluruh asrama putri. 

Tapi dengan Arifin terus menanjak posisinya, impian menjadi Nyai Kiai itu kosong belaka-Mbak Lastri mulai membenci Nuraini(hal.177)."Selain itu, Sulastri adalah orang pendendam dan licik yang selama ini mengamati perkembangan Sri dan menginginkan warisannya, "Tahun 1979, Sulastri yang penuh dendam akhirnya menemukannya. Sri ternyata telah menjadi pengusaha sukses. Dia memiliki pabrik besar. Anda datang sore itu, seperti hantu, mengintimidasi Sri yang malang. 

Seorang Sri tahu persis bagaimana mengeksploitasi kelemahan Sri. Anda jelas tidak bilang soal Tilamuta masih hidup, karena justri akan membuat Sri nekat melawan. Anda datang untuk membalaskan rasa sakit hati secara perlahan-lahan, dimulai dengan mengancam Sri, bilang akan menghabisi semua orang yang Sri cintai di Jakarta, termasuk mengambil alih pabrik(hal. 502)." Tokoh Sulastri ini banyak digambarkan melalui perilaku dan penjelasan tokoh lain.

Kisah dari novel Tentang Kamuini memiliki latar tempat yang sangat banyak, namun ada empat tempat yang memiliki peranan penting dalam novel ini. Pulau Bungin, di sinilah tempat kelahiran Sri Ningsih dan salah satu tempat Zaman dalam mencari informasi, "Cahaya matahari pagi menyiram atap-atap seng, aktivitas mulai menggeliat di Pulau Bungin. 

Zaman melewati gang-gang sempit yang mulai dia hafal lima hari terakhir. Satu-dua penduduk menyapanya, Zaman mengangguk(hal.63)." Latar tempat yang mendominan selanjutnya Madrasah Kiai Ma'sum, disinilah Sri Ningsih melanjutkan sekolahnya di lingkungan pesantren dan di sinilah tempat awal mula Sulastri mengkhianati semua orang, "Yang di sebelah kiri, wanita itu bernama Sulastri. 

Kami bertiga awalnya sahabat baik, tapi Sulastri, lima tahun kemudian, mengkhianati sahabat baiknya, aku dan Sri... Hanya Sri yang bersedia memaafkannya, bahkan aku berani menduga, Sri merasa, dialah yang telah mengkhianati Sulastri(hal. 151)." Selain itu, London juga menjadi latar tempat yang cukup mendominasi dalam cerita, karena Sri Ningsih pernah bekerja disana, "Foto Sri Ningsih di kamar 602. Zaman pernah melihatnya saat berkunjung sepuluh hari yang lalu, foto yang ada di atas meja. Itu bukan foto biasa, karena Sri mengenakan jaket seorang pengemudi bus. 

Itulah petunjuknya. Sri Ningsih pernah bekerja menjadi sopir bus Kota London-Rajendra Khan benar, pekerjaan pertama pendatang di London sesuai skill-nya. Sri Ningsih bisa mengemudi, itu cocok(hal.294)." Latar tempat terakhir yang mendominasi cerita adalah Paris, "Disini, di  kota dengan Menara Eiffel yang indah dipandang mata, Sungai Seine mengalir elok. Di sini, di jantung peradaban budaya dunia, terima kasih telah mengajariku tentang hakikat kehidupan. Sri akan memeluk rasa sakit. Dulu. Sekarang. Esok lusa hingga kita bertemu lagi(hal.457)."

Kisah yang ada dalam novel ini menggunakan latar waktu sepanjang hari, karena para tokoh melakukan aktivitasnya dari pagi hingga malam hari. Dengan banyaknya latar tempat dan latar waktu, maka semakin banyak pula latar sosial yang ada dalam kisah ini.

Dalam novel Tentang Kamu ini menggunakan alur campuran, alur tersebut terdiri dari alur maju dan alur mundur, yang artinya dalam cerita ini terjadi flashback ke masa lalu, ketika Sri Ningsih menjalani kehidupannya, berikut ini adalah penggalan novelnya,

"Apa yang bisa kubantu?"

Zaman mengeluarkan foto hitam putih itu dari buku diary. Pak Tua menerimanya, menatapnya. Seketika, ekspresinya berubah.

"Sri Ningsih." Pak Tua berkata samar-bahkan Zaman belum menyebut nama itu.

"Bapak mengenalnya?" La Golo berseru semangat.

"Aku sangat mengenalnya" Pak Tua menghela napas, "Dia adalah 'gadis kecil yang dikutuk'."(hal. 66)

Dalam dialog tersebut adalah awal mula flashback dari kisah Sri Ningsih dalam menjalani hidupnya.

Alur maju atau bisa jadi yang ceritanya menuju ke masa depan, ketika Zaman berusaha untuk menyelesaikan masalah Sri Ningsih serta mencari pewaris yang sah untuk wasiat yang ditinggalkan Sri Ningsih. Berikut adalah penggalan dari novelnya, "Kamu berhasil menyelesaikan kasus besar ini, Zaman. Dengan A&Z Law kehilangan mandat, seluruh urusan akan menjadi wewenang kita. Pengadilan Inggris tinggal mengesahkan pembagian harta warisan final, setelah mempertimbangkan dengan baik bagian untuk Tilmuta. Tetapi itu tidak akan menjadi masalah, dalam hitungan minggu akan selesai(hal. 517-518)."

Sudut pandang, dalam novel ini penulis memposisikan dirinya sebagai orang ketiga serba tahu. Karena maksud dari penulis ini benar-benar menceritakan kehidupan orang lain, Sri Ningsih, Zaman, Sulastri, dan tokoh figuran yang lain. Tidak ada unsur penggunaan kata "aku" sepanjang menceritakan kisah tersebut. Dapat dilihat dari Bab 1 novel ini Thompson&Co, "Pukul 07.30, masih sangat pagi untuk jalanan di Balgrave Square, London. Tapi sepagi ini, taman kecil yang dipenuhi pepohonan besar dan dikelilingi oleh berbagai kantor besar itu ramai(hal. 01)."

Selain unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang mempengaruhi bangunan unsur dalam cerita tapi tidak menjadi bagian di dalamnya. Dapat dilihat pada gaya penceritaan Tere Liye, sepertinya tak memerlukan uraian terlalu panjang. Diksi yang lugas dan mudah dicerna namun tetap mempertahankan nilai estetis, gaya tutur yang mengalir dan dialog-dialog yang luwes, adalah kekuatan Tere Liye yang kian menunjukkan kematangannya pada novel ini. 

Selain itu, dalam novelnya kali ini Tere Liye menghadirkan latar belakang cerita yang berhubungan dengan hukum dan ekonomi, seperti penjelasan atas Special Purpose Vehicle (SPV) yang dipilih Sri Ningsih saat melakukan transaksi kepemilikan saham. Barangkali, Tere Liye memang tidak ingin menjejali pembacanya dengan teori dan muatan ekonomi yang bikin mumet, ataupun Tere Liye justru memancing pembaca untuk mencari tahu lebih banyak tentang teori ekonomi tersebut dari sumber-sumber yang valid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun