Mohon tunggu...
Inovasi

Misteri Warisan Sri Ningsih "Tentang Kamu"

26 Februari 2018   20:49 Diperbarui: 26 Februari 2018   21:22 4834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kedua, tokoh ini sangat berperan dalam pemecahan masalah Sri Ningsih. Zaman Zulkarnaen, sosok pria muda berumur 30 tahun yang telah menyelesaikan kuliah master hukum di Oxford University, London, "anak muda usia 30 tahun yang berasal dari negara tropis itu menggigil. Dia tidak pernah terbiasa dengan iklim London, walalupun sudah menetap sejak menyelesaikan kuliah master hukum di Oxford University(hal. 1-2)." 

Selain itu, Zaman adalah sosok pengacara yang dapat dipercaya dalam menjalankan amanahnya, ia terus mencari bukti-bukti mengenai kasus Sri Ningsih dengan sabar, "Dia adalah pengacara dari Belgrave Square, London, sedang melakukan investigasi tentang Sri Ningsih, agar bisa melaksanakan amanatnya." Zaman juga termasuk anak yang sayang kepada ibunya, "Nanti Zaman telepon lagi. Peluk cium untuk Ibu. Bagi Zaman, Ibu adalah segalanya, dulu, sekarang, hingga kapanpun(hal. 428)." Tokoh Zaman ini banyak digambarkan melalui perilaku dan kehidupan tokoh tersebut.

Ketiga, Sulastri, tokoh ini bisa disebut sebagai tokoh antagonis karena peranannya menentang tokoh utama. Pada awalnya tokoh Sulastri termasuk sahabat baik Sri Ningsih. Namun, hingga akhirnya datanglah sebuah pengkhianatan yang membuat persahabatan mereka retak, "Mbak Lastri hanya balas menatap Sri dengan ekspresi datar, membuat Sri jadi malu sendiri dengan kualitas gurauannya. Itu kali pertama Sri melihat wajah Mbak Lastri yang berbeda. 

Ibarat cermin, persahabatan mereka bertiga mulai retak(hal. 177)."Semua itu berawal dari kecemburuan Sulastri akan suami Nuraini yang akan menggantikan jabatan sebagai kepala Madrasah. Itulah yang sebenarnya didambakan oleh Sulastri selama ini, menjadi Nyai Kiai di madrasah tersebut. 

Namun semua itu berubah karena Nuraini menikah dan otomatis jabatan kepala madrasah akan diberikan kepada suami Nuraini, bukan suami Sulastri, "Nyala api cemburu itu juga telah menyala di hati Mbak Lastri. Semua orang tahu, jika besok lusa Musoh jadi menggantikan Kiai Ma'sum, maka secara otomatis Mbak Lastri akan menjadi Nyai Kiai, mengurus seluruh asrama putri. 

Tapi dengan Arifin terus menanjak posisinya, impian menjadi Nyai Kiai itu kosong belaka-Mbak Lastri mulai membenci Nuraini(hal.177)."Selain itu, Sulastri adalah orang pendendam dan licik yang selama ini mengamati perkembangan Sri dan menginginkan warisannya, "Tahun 1979, Sulastri yang penuh dendam akhirnya menemukannya. Sri ternyata telah menjadi pengusaha sukses. Dia memiliki pabrik besar. Anda datang sore itu, seperti hantu, mengintimidasi Sri yang malang. 

Seorang Sri tahu persis bagaimana mengeksploitasi kelemahan Sri. Anda jelas tidak bilang soal Tilamuta masih hidup, karena justri akan membuat Sri nekat melawan. Anda datang untuk membalaskan rasa sakit hati secara perlahan-lahan, dimulai dengan mengancam Sri, bilang akan menghabisi semua orang yang Sri cintai di Jakarta, termasuk mengambil alih pabrik(hal. 502)." Tokoh Sulastri ini banyak digambarkan melalui perilaku dan penjelasan tokoh lain.

Kisah dari novel Tentang Kamuini memiliki latar tempat yang sangat banyak, namun ada empat tempat yang memiliki peranan penting dalam novel ini. Pulau Bungin, di sinilah tempat kelahiran Sri Ningsih dan salah satu tempat Zaman dalam mencari informasi, "Cahaya matahari pagi menyiram atap-atap seng, aktivitas mulai menggeliat di Pulau Bungin. 

Zaman melewati gang-gang sempit yang mulai dia hafal lima hari terakhir. Satu-dua penduduk menyapanya, Zaman mengangguk(hal.63)." Latar tempat yang mendominan selanjutnya Madrasah Kiai Ma'sum, disinilah Sri Ningsih melanjutkan sekolahnya di lingkungan pesantren dan di sinilah tempat awal mula Sulastri mengkhianati semua orang, "Yang di sebelah kiri, wanita itu bernama Sulastri. 

Kami bertiga awalnya sahabat baik, tapi Sulastri, lima tahun kemudian, mengkhianati sahabat baiknya, aku dan Sri... Hanya Sri yang bersedia memaafkannya, bahkan aku berani menduga, Sri merasa, dialah yang telah mengkhianati Sulastri(hal. 151)." Selain itu, London juga menjadi latar tempat yang cukup mendominasi dalam cerita, karena Sri Ningsih pernah bekerja disana, "Foto Sri Ningsih di kamar 602. Zaman pernah melihatnya saat berkunjung sepuluh hari yang lalu, foto yang ada di atas meja. Itu bukan foto biasa, karena Sri mengenakan jaket seorang pengemudi bus. 

Itulah petunjuknya. Sri Ningsih pernah bekerja menjadi sopir bus Kota London-Rajendra Khan benar, pekerjaan pertama pendatang di London sesuai skill-nya. Sri Ningsih bisa mengemudi, itu cocok(hal.294)." Latar tempat terakhir yang mendominasi cerita adalah Paris, "Disini, di  kota dengan Menara Eiffel yang indah dipandang mata, Sungai Seine mengalir elok. Di sini, di jantung peradaban budaya dunia, terima kasih telah mengajariku tentang hakikat kehidupan. Sri akan memeluk rasa sakit. Dulu. Sekarang. Esok lusa hingga kita bertemu lagi(hal.457)."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun