Ada banyak praktisi di Kompasiana. Mereka adalah praktisi-praktisi yang profesional dibidangnya. Setiap penulis memiliki gaya penulisannya masing-masing. Senang sekali bisa belajar dari penulis-penulis hebat. Satu, membaca tulisan itu memperkaya diksi. Dua, saya belajar cara menyampaikan pokok pikiran menjadi sebuah paragraf yang mudah dipahami. Tiga, menyampaikan isu sensitif tetapi tetap asyik dibaca dan tanpa menyinggung pihak lain. Empat, bagaimana supaya tulisan laris dibaca.
Keempat, bisa berinteraksi dengan penulis-penulis lain
Asyiknya berada dirumah Kompasiana adalah kenyataan bahwa kita bisa berinteraksi dengan penulis-penulis lain. Penulis dari berbagai latar belakang. Ada pejabat, jurnalis, akademisi, ahli kesehatan, wirausahawan, praktisi pertanian, pegawai negeri sipil, mahasiswa dan beragam profesi lainnya. Berkenalan dengan bapak, ibu, dan adik-adik sekalian merupakan kebahagiaan tersendiri. Berinteraksi dengan bebas, nyaris tanpa sekat kecuali kita hanya berjumpa di udara. Seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk. Demikian saya memandang kompasianer yang luar biasa rendah hati. Meskipun senior tetap mau menyapa serta mengapresiasi karya junior. Tak segan berinteraksi bahkan berada dalam satu komunitas yang sama. Ketika saya di Kompasiana saya menyadari bahwa semuanya menyatu.
Kelima, ada apresiasi
Kompasianer sudah akrab dengan label ‘Pilihan’, ‘Artikel Utama’, ‘Nilai Tertinggi’, dan ‘Terpopuler’. Itu adalah penghargaan dari Kompasiana. Tak hanya dari sang pemilik rumah, penghargaan juga diperoleh dari sesama kompasianer dengan cara memberikan penilaian : Menarik, Aktual, Unik, Bermanfaat, Inspiratif, dan Menghibur. Kompasiana juga memberikan apresiasi berupa K-reward sesuai persyaratan yang berlaku. Dan yang menyenangkan adalah kita berkesempatan untuk terlibat dalam project narative. Saya sendiri pernah diberikan kesempatan untuk terlibat dalam project narative AHM. Bisa berkarya sekaligus dapat uang saku, hehehe.. Apresiasi itu seperti multivitamin yang mendukung kita untuk terus berkarya.
Keenam, mengasah kemampuan otak
Menulis itu mengasah otak. Salah satu cara untuk menghindari pikun adalah dengan menulis. Dengan menulis, secara otomatis kita berpikir. Dengan berpikir, maka kita belajar. Belajar berarti meningkatkan kompetensi diri.Â
Dalam bentuk apapun, pencapaian perlu dirayakanÂ
Ada salah satu kutipan bagus Kompasiana dalam artikelnya yang berjudul "Syukuran 15 Tahun Kompasiana dan Champions Meetup". Kutipan itu tertulis demikian, "Dalam bentuk apapun, pencapaian perlu dirayakan".Â
Maka selamat ulang tahun Kompasiana. Selamat merayakan perjalanan 1,5 dekade yang penuh tantangan tetapi juga pasti banyak hal baik. Terimakasih sudah menjadi rumah yang nyaman. Semoga terus eksis dan menginspirasi.
Terimakasih pula bagi Tim Kompasiana. Jerih payahmu tidak sia-sia. Salam.