Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tak Boleh Banyak Mikir Saat Akan Berwirausaha, Kenapa?

23 Maret 2022   14:37 Diperbarui: 24 Maret 2022   07:33 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau sekilas melihat usaha teman tersebut kayaknya butuh modal gede ya? Tentu tidaklah. Kalau butuh modal besar saya tidak akan tulis di artikel ini. Ia juga berasal dari keluarga biasa saja. Untuk itulah saya menjadikannya sebagai salah satu inspirator usaha. 

Modal usahanya masih bisa dijangkau dengan gaji UMR. 4 gerai chicken yang ia miliki juga tidak ujug-ujug ia buka sekaligus. Mulai dari satu dan terus berekspansi hingga sekarang. Dari usahanya itu, dalam waktu dekat ia dan istrinya akan pergi umrah sekaligus wisata ke Cappadocia (it's my dream!)

Teman saya ini kemudian mengingatkan saya kepada sosok almarhum Bob Sadino. Dalam salah satu pesan yang pernah ia bagikan, ia mengungkapkan bahwa ketika akan memulai usaha kita perlu kurangi banyak berpikir, terutama hal-hal yang tidak perlu. Kebanyakan mikir akan membuat waktumu terbuang sia-sia. Mulailah tanpa harus banyak berpikir dan take action. 

Sesuai dengan kata-kata khas Bob Sadino bahwa kunci sukses pengusaha adalah menjadi "goblok". Orang pintar memiliki banyak pemikiran yang akhirnya membuat idenya mandek. Tetapi orang bodoh tidak akan lama untuk mengeksekusi gagasannya. Pintar dan bodoh hanyalah kiasan. Message-nya adalah gagasan dikepala musti bisa terealisasi, jangan berhenti menjadi sebatas ide.

Setiap usaha memang butuh pertimbangan-pertimbangan. Butuh kalkulasi yang matang. Tetapi terlalu banyak pertimbangan tak perlu akan membuat kita jalan ditempat. Usahanya tidak kunjung dimulai. Itu mungkin maksud dari kata-kata "waktumu terbuang sia-sia". Terlalu banyak ketakutan yang akhirnya membuat orang batal melangkah. Padahal ketakutan itu belum tentu terjadi. Situasi di lapangan mungkin tidak semenakutkan seperti yang dibayangkan.

Saat ini di kantor kami sudah banyak rekan-rekan yang memiliki sampingan dengan berjualan. Selain produk makanan, kebanyakan dari mereka takpunya produk sendiri. Hanya memasarkan produk. Bahasa marketingnya reseller. Ada yang menjual tissue tanpa merk, produk kecantikan, minuman kemasan homemade, kasur busa, jaket, hingga pulsa. Saya amat menghargai dan salut pada usaha sampingan kecil-kecilan seperti itu. Setidaknya mereka sudah memulai. Takada yang tahu bahwa mungkin dari yang kecil bisa menjadi ikan besar suatu saat nanti.

Who knows..

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun