Dinyatakan negatif covid-19 bukan berarti saya sudah sembuh total. Saya masih merasakan batuk yang kadang tidak tertahankan. Takhanya batuk, tiap malam menjelang tidur saya merasakan pernafasan saya agak sesak.Â
Alhasil saya mengalami susah tidur tiap malam hari. Terasa nyeri di bagian dada. Kondisi seperti itu terjadi saat mulai mapan tidur dengan posisi terlentang.Â
Maka saya menyiasatinya dengan menggunakan bantal yang lebih tinggi supaya posisi tidur saya membentuk kemiringan sekitar 30 derajat dengan harapan pernafasan bisa lebih lega. Berbagai macam obat batuk baik herbal maupun obat dari apotik sudah saya coba tetapi hasilnya nihil.
Memeriksakan diri ke dokter umum di klinik faskes pertama
Karena batuk tidak kunjung sembuh, pada tanggal 31 Juli atau seminggu setelah negatif, saya memeriksakan diri ke dokter di klinik faskes pertama. Saya menyampaikan keluhan berupa batuk serta sering mengalami sesak nafas kalau malam hari.Â
Saya mengungkapkan pada dokter bahwa saya adalah penyintas covid-19. Oleh dokter, saya diberikan tiga obat: dexamethasone sebagai antiperadangan, ambroxol sebagai obat batuk, dan salbutamol yang dapat diminum hanya pada kondisi sesak nafas.
Pemeriksaan lebih lanjut ke dokter spesialis paru di rumah sakit
Seminggu berlalu, namun tetap takada perubahan. Saya kembali lagi ke klinik yang sama. Kali ini saya meminta rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit.Â
Dokter klinik merujuk saya ke dokter spesialis paru. Tanggal 11 Agustus saya menuju ke rumah sakit dan diperiksa oleh dokter spesialis paru.Â
Keluhan saya masih sama, yakni batuk yang tak kunjung sembuh dan sesak nafas dimalam hari menjelang tidur. Saya juga mengungkapkan bahwa saya pernah positif covid-19 sebelumnya.
Apa yang dikatakan oleh dokter spesialis paru?