Artikel diatas saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi saat masih bekerja di Batam. Sesungguhnya saya mengira artikel ini akan ramai dibaca karena ada keunikan. Masyarakat Batam karena dekat dengan Singapura, banyak yang menjalankan bisnis Thrifting baju yang mendatangkan dari negara tetangga itu.Â
Tetapi perkiraan saya meleset. Hingga 2 bulan penayangan, artikel itu masih sepi. Tak sampai 100 pengunjung. Ceritanya sama, beberapa bulan kemudian setelah ditilik ternyata cukup banyak mendapat animo pengunjung.Â
Awalnya saya mengira bahwa artikel diatas akan cukup menarik minat pembaca untuk singgah. Matematika memang acapkali menjadi momok siswa. Itu sangat relate dengan kehidupan sehari-hari. Tetapi saya sempat mengira itu salah. Sebabnya hingga satu bulan tayang, saya prihatin pengunjungnya tidak sampai 70. Kini seperti yang anda lihat, artikel tersebut sudah menarik hampir seribu viewers.
Masihkah sedih dan kecewa?
Jadi, masihkah anda sedih dan kecewa saat menjumpai artikel anda sepi pembaca? Atau malah anda sudah menghapusnya? Saya pikir 3 contoh artikel diatas sudah cukup menjawab mengapa kita sebagai penulis tidak perlu kecewa apalagi dihapus. Jejak digital itu tidak pernah hilang. Kita tidak tahu kapan orang lain benar-benar membutuhkannya.
Tiga contoh artikel diatas tidak masuk kategori NT, Terpopuler, TPI, apalagi AU. Membuktikan bahwa tanpa raihan empat kategori itu, artikel tetap mungkin laku. Tanpa endorsement dari admin pun, artikel tetap menemukan pembaca.
Sekalipun jumlah view sudah tidak masuk dalam hitungan K-reward, tetapi saya tetap hepi. Ada kepuasan batin tersendiri. Orang lain tidak akan tahu bagaimana senangnya, namun kegembiraan itu sanggup meningkatkan imunitas bagi penulisnya. Remember, hati yang gembira adalah obat yang manjur.
Kalau saya hanya menyajikan 3 contoh, bukan berarti hanya 3 artikel tersebut yang memiliki cerita serupa. Masih ada yang lain. Dan sedikit catatan, ketiga artikel tersebut saya anggit sewaktu saya masih centang hijau. Jadi sesungguhnya tidak ada bedanya antara centang hijau maupun biru. Semua bisa berkontribusi positif dan menyebarkan inspirasi bagi dunia literasi.Â
Menulis untuk bersenang-senang dan motivasi tulus untuk menyajikan manfaat bagi orang lain
Saya tidak ingin memberikan filosofi yang terlalu njlimet. Toh, saya bukan ahlinya. Jadi kalau tulisan anda saat ini hanya dibaca oleh segelintir orang, jangan kuatir lalu hilang semangat.Â
Hilangkan pikiran-pikiran jelek seperti yang dulu saya alami: tulisan saya tidak bermutu, tulisan saya tidak berguna, admin kejam tulisan saya tidak dilabel. Semua itu hanya melemahkan semangat dan kreativitas kita dalam berliterasi. Padahal sejatinya tulisan itu hanya belum menemukan pembaca yang pas.