Saya dulu sempat sedih kalau artikel yang sudah saya tulis itu sepi pembaca. Bermacam-macam pikiran negatif kemudian timbul. Seperti apakah tulisan saya jelek, benarkah artikel saya kurang bermutu, sungguhkah artikel ini membosankan, sampai pikiran negatif pada admin: ini gara-gara tulisan saya tak dilabel makanya sepi. Atau berpikir seharusnya tulisan saya layak AU nih. Kok cuma dapat label Pilihan?
Namun pelan-pelan saya belajar. Salah satunya saya belajar dari Kompasianer Abdul. Beliau sudah lama tidak menulis. Tetapi tulisannya di jalur Fiksi berupa cerpen dan puisi harus saya akui sangat bagus.Â
Admin Kompasiana pun sependapat dengan saya karena beberapa karya fiksinya itu diganjar label Artikel Utama (AU). Nah, suatu saat ia menuliskan komentar di salah satu artikel saya, "Pak, ayo nulis tentang pengelasan lagi.."
Saya jawab, "Wah pengelasan kurang populer mas di Kompasiana"
Ia berujar lagi dan ini yang saya ingat sampai sekarang, "Ojo kuatir pak. Setiap artikel akan selalu menemukan pembacanya."
Beberapa contoh tulisan yang awalnya sepi kini sudah menemukan pembacanya
Perkataannya benar. Inilah beberapa bukti artikel saya yang tadinya sepi pembaca tetapi seiring berjalannya waktu ternyata mendapatkan animo yang memuaskan.
Artikel diatas saya tulis pada Agustus 2020. Artikel itu tidak mendapatkan label. Maka wajar, saya ingat dalam satu bulan sejak tayang, artikel itu hanya mendapatkan views kurang dari 70.Â
Setelah itu saya tidak pernah memeriksanya lagi. Namun betapa terkejutnya saya saat menengoknya beberapa bulan kemudian. Artikel tersebut ternyata mendapat 3381 viewers. Buat saya, itu jumlah yang sama sekali tidak kecil.