Tak selamanya seorang pekerja itu selalu siap sedia melakukan pekerjaan.Â
Adakalanya kita absen masuk kerja. Entah karena sakit, urusan keluarga, kepentingan mendadak, dan berbagai keperluan lainnya. Untuk itulah perusahaan memberikan fasilitas berupa cuti bagi para karyawan.
Namun perlu diingat bahwa bukan berarti kita bisa seenaknya mengambil cuti. Sebagai seorang pekerja yang digaji oleh perusahaan, sudah selayaknya kita pun memperhatikan kepentingan perusahaan. Adakalanya memang urusan pekerjaan itu tidak bisa ditinggal sehingga pengajuan cuti itupun ditolak oleh atasan.
Nah, mari perhatikan bagaimana etika yang baik ketika kita akan mengajukan cuti. Jangan sampai cuti itu justru mencederai integritas anda sebagai seorang pekerja.
1. Jangan sampai mengganggu kepentingan perusahaan
Prinsip ini jadi yang utama. Jangan sampai ketika tiba waktunya anda untuk presentasi hal menyangkut pekerjaan penting lalu anda mengajukan cuti. Intinya segala kegiatan pribadi kita mari diselaraskan dengan kepentingan perusahaan juga.
2. Ajukan cuti jauh-jauh hari
Mari hindari kebiasaan cuti dadakan kecuali memang ada hal yang urgent. Semua pekerjaan itu pasti sudah terencana. Maka, cuti dadakan itu bisa mengacaukan target kerja tim. Secara tidak langsung ini merugikan perusahaan.
3. Bila sakit, tunjukkan dengan surat dokter
Surat dokter itu sebagai bukti sahih bahwa memang kita sedang menderita sakit yang mengharuskan kita untuk beristirahat. Namun dewasa ini, surat dokter sering kali disalahgunakan.Â
Ada oknum yang memperjualbelikan surat dokter dengan cukup membayar segelintir uang. Surat dokter dijadikan alibi untuk membolos.Â
Kasus seperti ini dulu sering terjadi sampai-sampai klinik yang memberikan surat dokter abal-abal itu di-blacklist oleh perusahaan. Mari berintegritas. Jangan memberikan alasan sakit untuk membolos. Apalagi memakai surat dokter abal-abal.
4. Sebelum cuti, pastikan tugas pekerjaan diselesaikan
Ini penting. Jangan sampai meninggalkan pekerjaan saat anda cuti. Apa yang menjadi tanggung jawab kita perlu untuk diselesaikan terlebih dahulu. Dengan demikian kita menjadi insan pekerja yang profesional.
5. Tunjuklah rekan yang menjadi wakil selama anda cuti
Peran anda didalam organisasi tidak mungkin ikut hilang selama cuti. Untuk itu, perlu ada orang yang bisa meng-handle pekerjaan selama cuti. Apalagi bila cutinya itu cuti panjang.Â
Di beberapa perusahaan telah mensyaratkan adanya back-up person kepada karyawan yang hendak mengajukan cuti. Back-up person adalah orang yang bertugas untuk mengambil alih tugas selama cuti.
6. Jangan melebihi kuota cuti tahunan yang diberikan oleh perusahaan
Setiap karyawan biasanya diberikan hak cuti selama dalam kurun waktu satu tahun. Umumnya 12 hari per tahun. Untuk level manajerial mungkin bisa lebih tergantung kebijakan masing-masing perusahaan.Â
Penting sekali untuk tidak mengambil cuti melebihi jatah yang diberikan oleh perusahaan. Anda mungkin akan dicap sebagai karyawan yang sering bolos. Oleh karena itu, ambillah cuti hanya bila memang sangat membutuhkan.
7. Jagalah kesehatan selama cuti
Pergi sehat, pulang pun juga harus sehat. Apalagi dimasa pandemi seperti sekarang.Â
Bila anda cuti untuk pulang kampung, sebaiknya lengkapi dengan hasil swab untuk menyatakan bahwa anda bebas dari covid-19. Kesehatan sangat penting untuk dijaga karena kita harus kembali produktif saat masuk kerja.
Wasana Kata
Cuti itu memang hak karyawan. Namun sebagai karyawan yang dibayar oleh perusahaan, kita wajib bijak dalam mengambil cuti. Jangan sampai merugikan perusahaan dan rekan kerja di kantor.Â
Cuti pun ada etikanya. Etika cuti merupakan bagian dari etika kerja. Menjaga etika kerja sama dengan menjaga integritas kita sebagai pekerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H