Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Gelar Akademik Mentereng Tak Menjamin Keren

28 Februari 2021   17:10 Diperbarui: 28 Februari 2021   17:26 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wisuda. Sumber gambar: greymatters dari Pixabay

Mempercantik Curriculum Vitae (CV) itu perlu. Bagi pencari kerja tentu anda harus membuat CV semenarik mungkin agar menarik perhatian calon pemberi kerja. Dalam hal ini HRD sebagai representatif perusahaan. Kebetulan nih, istri saya HRD yang sering melakukan rekrutmen calon kandidat karyawan. 

Dalam mempercantik CV, dewasa ini anda tidak perlu pusing-pusing, cukup browsing dan tinggal download atau ikuti petunjuk. Ada ribuan format CV yang dapat anda unduh sesuai selera. Dijamin, CV anda akan memiliki tampilan yang keren. 

Selain keren juga singkat, padat, dan jelas. Itulah kiat CV yang baik. Walaupun singkat, namun seluruh informasi yang dibutuhkan mengenai kualifikasi kandidat sudah tersedia. Tak perlu bertele-tele. Malah males yang baca.hehe...

Nah, berbicara mengenai kualifikasi tentu berkaitan dengan latar belakang pendidikan dan keahlian yang dimiliki. Latar belakang pendidikan akan berbicara mengenai gelar akademik. Seberapa penting gelar akademik dalam proses melamar kerja? Jelas penting. Karena setiap info lowongan kerja selalu mencantumkan minimal strata pendidikan yang harus dimiliki oleh pelamar. Apakah itu cukup dengan ijazah SMA/SMK, diploma (D3), sarjana (S1), atau bahkan Master degree (S2). 

Semakin tinggi strata pendidikan biasanya semakin tinggi pula penawaran gaji (salary). Lalu apakah gelar akademik yang tinggi menjamin seseorang bisa diterima kerja? Kalau saya tanyakan ini pada istri saya yang biasa melakukan proses rekrutmen, jawabannya tidak. Mengapa? Ini alasannya.

1. Kualifikasi yang dipilih sesuai dengan yang dipersyaratkan

Jadi misalnya, yang dibutuhkan adalah diploma (D3). Yang lebih diutamakan ya D3. Bukan S1. Karena orang dengan level S1 biasanya akan meminta gaji yang lebih tinggi. Lagipula dalam menentukan kualifikasi pendidikan untuk setiap posisi itu sudah diperhitungkan secara masak.

2. Ada kualifikasi-kualifikasi lain yang tidak kalah penting selama proses rekrutmen

Apa itu? Contohnya saja pengalaman kerja, sertifikat keahlian pendukung yang relevan, attitude selama wawancara, dan jejak digital. Dewasa ini jejak digital juga diperhitungkan lho untuk mengetahui rekam jejak seseorang. Makanya hati-hati bermain medsos.

3. Gelar akademik yang tinggi bukan jaminan kualitas seseorang

Menarik nih. Lho kok bisa? Memangnya orang bergelar sarjana belum tentu pandai? Tepat. Yang bergelar sarjana belum tentu pandai. Yang hanya lulusan SMK/SMA belum tentu bodoh. Apa pasal?

- Saat ini banyak gelar akademik bodong. Tak pernah kuliah, tiba-tiba dapat ijazah dengan membayar sejumlah uang.

- Banyak bermunculan perguruan tinggi yang hanya mengejar komersial. Yang penting bayar, urusan nilai itu gampang. Untuk kasus ini, perusahaan biasanya membatasi perguruan tinggi mana saja yang dipilih bila ada seleksi penerimaan pegawai. Walaupun tidak tertulis dalam persyaratan lowongan. Misalnya perusahaan mengutamakan lulusan dari universitas-universitas ternama seperti UI, UGM, ITB. Ada juga perusahaan yang langsung melakukan rekrutmen di sekolah-sekolah tertentu guna mendapatkan SDM yang unggul.

- Gelar akademik tidak menjamin seseorang terampil. Ini pengalaman. IPK-nya tinggi. Teorinya bagus. Namun dalam praktik pekerjaan kurang. Masalahnya sekolah dengan dunia kerja itu sama sekali berbeda. Ya tentu tidak semua begitu. Namun hal ini sudah diantisipasi terlebih dahulu oleh HRD.

Itulah sebab mengapa gelar akademik mentereng tak jaminan keren. Bila kita sebagai pencari kerja atau sebagai pegawai, perlu juga untuk terus meningkatkan kompetensi melalui berbagai cara seperti mengikuti pelatihan kompetensi keahlian kerja dan seminar / webinar. Serta terus menggali potensi-potensi apa yang dapat dikembangkan dalam diri kita. Itu akan meningkatkan daya tawar kita dimata pemberi kerja. Dan jangan lupa untuk meletakkan tata nilai dan norma kesantunan yang tinggi. Karena attitude adalah hal yang utama.

Semoga kita selalu sukses dan diberkati dalam pekerjaan kita.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun