Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Konsistensi Sulit Dicapai, 5 Faktor Ini Bisa Jadi Penyebabnya

27 Oktober 2020   12:03 Diperbarui: 28 Mei 2021   09:04 3848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berlatih secara konsisten (Gambar: pixabay /Ryan McGuire)

Arda sudah dua minggu ini gagal bangun pagi untuk berolahraga, padahal dua minggu sebelumnya ia selalu menyempatkan waktu untuk berolahraga sejenak.

Arda memang pekerja yang tidak banyak gerak. Ia lebih sering menghabiskan waktunya di belakang meja sambil menghadap layar komputer. 

Profesinya sebagai teller memaksanya demikian. Hanya sesekali ia pergi ke toilet atau menghisap sebatang dua batang rokok saat tiba waktunya istirahat.

Satu bulan yang lalu ia seperti tersihir oleh seorang motivator yang tidak sengaja ia tonton lewat sebuah acara TV. Intinya jika ingin sukses, orang harus mempunyai pola hidup yang efektif dan seimbang. Salah satunya kesehatan juga perlu dijaga dan pola hidup sehat harus dibentuk.

Manusia harus mampu sehat jasmani dan rohani agar selalu terbentuk pikiran yang positif, dengan demikian akan membangkitkan motivasi dalam diri.

Baca juga: Belajar Konsisten di Masjid Favorit  

Itulah pesan dari sang motivator, entah benar atau tidak karena artikel ini tidak akan membahas tentang motivasi. Mau cari artikel motivasi silakan menuju lapak sebelah. Ada banyak motivator yang menulis di Kompasiana, hehe..

Motivasi Arda berlipat setelah mendapatkan suntikan motivasi. Bagai mendapatkan suntikan vaksin covid-19, ia amat senang. Akhirnya salah satu penerapan sederhananya ialah berolahraga setiap pagi selama minimal 1 jam. 

Subuh ia sudah bangun, pemanasan dan jogging ia lakukan dengan penuh semangat. Namun semua itu berangsur berubah. Arda kembali ke tabiat lamanya sebagai kaum rebahan. Rasanya berat untuk memulai lagi.

Apa itu konsistensi?

Konsisten berarti tetap (tidak berubah-ubah). Selalu selaras dan taat asas, sedangkan konsistensi dalam definisi menurut KBBI daring berarti ketetapan dan kemantapan (dalam bertindak); ketaatasasan. 

Konsistensi memegangi peranan penting dalam pencapaian sebuah tujuan atau cita-cita. Contoh sederhana sebuah konsistensi demikian.

Jika ingin jadi penyanyi bersuara merdu, hindari gorengan. Jika ingin nilai ujian bagus, belajar dan buka kembali buku-buku referensi pembelajaran. Jika ingin sukses menjadi Youtuber, teruslah kreatif membuat konten dan upload. 

Jika ingin pandai dalam berbahasa Inggris, hafalkan minimal satu vocabulary (kosakata) per hari. Itu kata guru Bahasa Inggris saya dulu. Dan jika ingin pandai menulis, rutinlah nulis di Kompasiana, hehe. Sederhananya konsisten berarti memaksa diri sendiri untuk berdisiplin dalam rangka mencapai tujuan.

Mengapa menjadi konsisten itu sulit?

Dalam ilustrasi di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa Arda tidak konsisten. Ia hanya melakukan di awal saja, kemudian kebiasaan itu hilang. Padahal ada tujuan yang ingin dicapai. 

Baca juga: Menjaga Konsistensi Menulis Setiap Hari, Itu Target Hidup Saya

Jika demikian, tujuan itu bisa saja gagal. Konsistensi. Itulah kuncinya. Setiap orang dituntut untuk mempunyai konsistensi. Memiliki ketetapan dalam dirinya sendiri dan tegas kepada dirinya. Ada beberapa alasan mengapa kemudian orang sulit mencapai konsistensi:

1. Keinginan sesaat, bergantung pada situasi
Seperti dalam cerita Arda di atas, ia begitu menggebu-gebu ketika mendengar paparan dari motivator. Keinginan di awal sebenarnya memang bagus. Sayang tidak dipupuk dengan baik sehingga mudah sekali surut lalu hilang. Ketika mendengar suara motivasi lagi, keinginannya akan bangkit lagi. Jadi seperti sebuah keinginan yang timbul tenggelam bergantung pada situasi.

2. Target terlalu muluk
Kadang kala orang menetapkan target terlalu tinggi. Arda berketetapan bangun setiap subuh dan berolahraga selama 1 jam. Padahal ia bukanlah tipe orang yang biasa bangun pagi. 

Sehari dua hari gagal lalu keterusan malas. Bukankah lebih baik misalnya tetapkan saja bangun jam 5 pagi dan berolahraga 30 menit saja? Jadi pastikan target itu sesuatu yang masih bisa dijangkau. Apabila sudah berhasil konsisten dengan target, baru naikkan targetnya. Step by step saja.

3. Motivasi yang salah
Seseorang ingin diet dan rajin ke gym untuk membentuk badan. Ia melakukan itu agar pacarnya makin sayang. Untung tak dapat diraih, malang tak bisa dihindari. Di tengah jalan dua sejoli itu putus, diet pun ditinggalkan. 

Gagal sudah angan-angan membentuk badan. Bukankah diet dan menjaga pola makan itu sebetulnya untuk menjaga kesehatan? Contoh lain dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Menyepelekan hal-hal kecil
Perkara-perkara besar selalu dimulai dari hal-hal kecil. Konsistensi pada perkara-perkara kecil akan membawa kita kepada perkara yang lebih besar. Jangan lupa bahwa sukses selalu berawal dari hal sederhana.

Baca juga: Tips Bisa Konsisten Makan Sehat dan Berat Badan Stabil selama Ramadan

5. Progres tidak sesuai yang diharapkan (kurang sabar)
Orang mungkin ingin terlalu cepat mendapatkan hasil. Baru belajar akting sebentar sudah ingin jadi aktor terkenal. Ketika kenyataannya ia belum terkenal, ia merasa kecewa lalu menurun usahanya. Kadang-kadang dalam hidup orang sering tidak sabar. Padahal semuanya butuh proses. Dan proses itu sendiri sama pentingnya dengan hasil akhir.

Menjadi konsisten adalah hal yang penting ketika seseorang mempunyai mimpi. Tidak ada orang yang tidak bermimpi. Orang harus bermimpi untuk menjaga asa. 

Mimpi hanya bisa diraih dengan usaha dan pembelajaran yang tidak mengenal lelah. Semoga kita selalu dimampukan untuk menjaga konsistensi dalam meraih mimpi.

Semoga bermanfaat.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun