Memimpin adalah seni. Mengapa demikian? Karena memimpin orang lain itu bukan hal yang sepele. Sebuah mesin akan tunduk pada apapun yang kita perintahkan.Â
Lain halnya dengan manusia. Mereka memiliki akal budi. Itulah mengapa terkadang muncul perbedaan pendapat. Bahkan tidak jarang sampai timbul konflik antara atasan dan bawahan.
Definisi pemimpin
Berikut pengertian pemimpin menurut para ahli:
John Gage Alle, Pemimpin itu ialah pemandu, penunjuk, penuntun; komandan.
Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994: 33). Pemimpin dalam pengertian ialah seseorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi.
Kartini Kartono (1994 : 33). Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Bila dirangkum dalam frasa sederhana, pemimpin adalah seorang dirigen. Anda tentu paham bahwa dirigen adalah seorang pemandu orkestra. Dengan kepiawaiannya, ia memimpin grup orkestra musik untuk menghasilkan suatu pertunjukan yang menawan.Â
Berhasil dan tidaknya sebuah pertunjukan musik sangat bergantung pada dirigen. Begitu pula dalam sebuah tim. Baik tim yang sederhana yang hanya terdiri dari dua orang maupun tim besar yang terdiri dari banyak orang.
Mengapa penting memahami bahwa memimpin adalah seni?
Ketika anda ditunjuk untuk menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi perusahaan, anda akan menghadapi orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Bisa jadi latar belakang pengalaman, agama, pendidikan, dan pergaulan. Malahan sekarang masih hits yakni perbedaan fatsun politik.Â
Faktanya itu sungguh menghadirkan potensi perpecahan lho dalam tim. Walaupun pilpres sudah berlalu, tetap saja ada istilah cebong kadrun. Percaya atau tidak, dalam organisasi perusahaan itu masih terbawa.Â
Contoh kecil terkait undang-undang omnibus law. Terpecah antara yang pro dan kontra. Yang pro dibilang cebong. Yang kontra dibilang kadrun. Parahnya, sampai memilih orang yang menduduki jabatan strategis saja dengan melihat fatsun politik.