Namun setelah produk tersebut lolos ke customer, semua mata memandang dengan sangat tajam,"QCnya tidur, nggak bisa kerja! Barang kayak gitu dibiarkan lolos". Sekali lagi ini pandangan yang amat keliru.Â
Kualitas itu berada ditangan si pembuat. Dalam hal ini produksi. Maka langkah pencegahannya supaya tidak terulang ada di proses produksi, bukan QC. Mengobati penyakit harus dicari sampai ke akarnya bukan?Â
Supaya penyakitnya tidak muncul lagi. Nah, Kalau yang diotak-atik hanya bagian pengecekannya (QC), percayalah penyakitnya tidak akan sembuh. Suatu saat akan kambuh lagi.
4. Berhadapan langsung dengan pelanggan.
Selain sales, QC juga wajah terdepan perusahaan. Bila ada terkait dengan kualitas, pasti QC yang maju. Tidak enaknya apabila ada komplain. Pelanggan kan macam-macam karakternya.Â
Ada yang baik, ada yang cerewet, ada yang emosional. Nah, kalau sudah ketemu yang emosional ini agak repot. Kita dituntut harus sabar. Tidak boleh ikut emosi apalagi sampai bilang "jancuk!". Jangan......!
Pengalaman menarik sebagai seorang QC
Ada duka, ada suka. Begitulah namanya orang bekerja. Tak perlu baper. Nikmati saja. Inilah senangnya menjadi QC.
1. Bangga bila pelanggan puas.
Kepuasan pelanggan adalah tujuan kami. Bila pelanggan senang, kami juga ikut senang sekaligus bangga. Apalagi jika mendapatkan apresiasi dari pelanggan.
2. Mengenal banyak relasi.