Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Di Balik Misteri Artikel di Kompasiana yang Dihapus

13 Oktober 2020   06:12 Diperbarui: 13 Oktober 2020   06:30 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar dari salah satu artikel di laman Kompasiana yang telah dihapus.

Anda berada dalam sebuah WhatsApp grup (WAG), menyimak dengan seksama, bercengkerama, kemudian saling menanggapi pesan. Tetapi kemudian datanglah sebuah peristiwa, tak ada angin dan tak ada hujan tiba-tiba salah satu anggota grup menghapus pesan yang sempat dikirim.

Bagaimana respon anda? Kesal / kaget / penasaran atau biasa saja seperti tidak pernah terjadi sesuatu? Pasti ada yang menjawab, "biasa aja bro!" Sayangnya cuma sedikit. Yang lebih mendominasi pastilah kaum penasaran. Di bawahnya lalu ada yang menanggapi pakai emoticon, "kok dihapus sih, aku kan belum baca (emot nangis)."

Benar begitu bukan? Tak perlu malu karena berarti anda adalah netizen +62 yang normal. Iya normal, seperti penulis artikel yang sedang anda baca ini: kepo alias pengin tahu. 

Kira-kira kenapa ya pesannya dihapus? Banyak alasan yang mungkin menyertai. Bisa jadi karena salah kirim, sudah dikirim tapi takut hoaks, dikasih peringatan admin grup, salah ketik karena jempol kegedean, atau karena takut ketahuan selingkuh. hmmm...

Baik, itu WAG. Lain ladang lain belalang, lain WAG lain pula dengan Kompasiana. Itu sih pantun ngawur. Yang benar sama halnya WAG, begitu pula dengan Kompasiana. 

Pernahkah anda menjumpai artikel yang dihapus? Atau malah anda sendiri pernah menghapus artikel anda? Saya pernah. Ini alasan saya menghapus artikel: Tidak sengaja kepencet tombol "tayang". Benar-benar tidak sengaja. Tiba-tiba tombol "tayang" berubah jadi tulisan "berhasil ditayangkan". Asli gelagapan saya. 

Masalahnya saat itu saya sedang menulis artikel lewat handphone dan belum selesai. Entah mengapa gawai dalam genggaman tiba-tiba error sedangkan jempol kelihatannya memang kegedean. 

Hari itu saya sedang menulis artikel yang saya berikan judul "Mengenal Tangerang Raya, Tetangga Jakarta". Boro-boro menyunting, menulis artikelnya saja belum selesai. Sungai Cisadane belum masuk, Kota Tangerang masih carut-marut, Tangerang Selatan juga masih banyak lumut. Macet dan banjirnya belum masuk di dalam artikel. Intinya masih belum lengkap dan belum rapi. Gelagapan bin panik karena itu pertama kalinya saya menciptakan kekonyolan selama sekolah di Kompasiana. 

Saya langsung berlari menuju laman artikel Terbaru tanpa sempat menoleh kanan dan kiri. Mungkin Mimin K sempat bingung ini artikel sampah macam apa?? Maka sebelum dibaca mimin K lebih jauh dan ketahuan para pemirsa, saya cepat-cepat pencet tombol "Hapus". Dan, artikel tersebut hilang dari peredaran 5 menit kemudian.

Nah, itu pengalaman saya. Kalau anda bagaimana? Karena beberapa kali saya menemukan sebuah artikel yang hilang dari laman K dengan embel-embel keterangan "Artikel ini telah dihapus" dengan latar belakang warna hijau. Hal ini membuat saya tertarik untuk mengulik alasan (baca: kepo) mengapa sebuah artikel dihapus dari peredaran publik. Oke, mari kita kupas kawan...

1. Tidak sengaja kepencet tombol "tayang"

Tak perlu saya ulang penjelasannya ya, karena sudah ada dalam cerita pengalaman pribadi saya di atas.

2. Tidak pede

Barangkali penulis merasa kurang puas terhadap isi atau kemasan artikelnya sendiri secara sebagian atau keseluruhan kemudian dihapus. Apalagi setelah membaca tulisan dari para suhu. Sudah ngeper duluan.

3. Tidak mendapat label pilihan

Lho, bisa saja. Karena kecewa sudah menulis susah-susah tidak diberi label pilihan. Atau orang yang merasa tulisan bagus, latar belakang pendidikan atau pengalaman yang prestisius tapi tulisannya tidak diberi label pilihan. Akhirnya dihapus.

4. Jumlah pembaca terlalu sedikit

Sudah susah-susah bikin artikel yang mantap, dihiasi kembang tujuh rupa, ditambah lagi dengan lampu kerlap-kerlip serta wewangian kaya aroma eh pengunjungnya hanya segelintir. Akhirnya hari ini tayang, hati tak tenang tidurpun tak nyenyak, besoknya hilang artikelnya. Mungkin tidak? Mungkin.

5. Ada keberatan dari K-ner lain

Dalam sebuah artikel dibagian bawah itu ada pengaduan. Artinya k-ner lain bisa mengadukan kepada admin K bila dirasa tulisan tersebut mengganggu disertai dengan alasan yang dapat diterima dengan nalar dan referensi logis. Namun keputusan ada di K. Berbahagialah kita yang artikelnya dilaporkan ke admin. Daripada dilaporkan ke polisi karena undang-undang ITE. Ups... jangan ngomong masalah undang-undang. Lagi sensitif.

6. Kena kartu merah admin

Karena tulisan anda dinilai melanggar undang-undang yang berlaku di jagat Kompasiana, maka terpaksa anda harus merelakan karya tulis anda ditendang. Ada beberapa kemungkinannya seperti tulisan yang anda muat mengandung SARA sehingga berpotensi memecah belah. Lalu ada kemungkinan tulisan itu mengandung plagiarisme. Maka jangan sekali-kali menjiplak. Anda yang pada masa sekolah suka nirun (menjiplak) teman atau njaplak (buka buku diam-diam di bawah meja agar tidak terlihat) pada saat ulangan, jangan bawa kebiasaan itu di sini. Undang-undang selengkapnya dapat anda baca di sini.

Adakah alasan lain yang belum saya cantumkan di atas?

Menulis dan berselancar di Kompasiana memang selalu mengasyikan. Selain banyak ide dan manfaat juga penuh dengan dinamika. Karya adalah sebuah torehan abadi yang dapat diwariskan. Oleh karena itu mari selalu membuat karya yang bermanfaat bagi kehidupan dan peradaban.

Salam Literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun