Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pajak 0 Persen dan Potensi Meningkatnya Gagal Bayar

6 Oktober 2020   05:50 Diperbarui: 6 Oktober 2020   20:16 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penjualan mobil. Gambar: pixabay via pexels

Puluhan ribu orang larut dalam ratap tangis karena kehilangan keluarga tercinta. Ia juga dengan garang telah mematikan sendi-sendi ekonomi dibeberapa bidang. Masih menunggu apa lagi untuk berjaga-jaga? Jelas kita perlu sebuah perencanaan keuangan yang matang. 

Mari sejenak saya ajak melihat kondisi riil di perusahaan tempat saya bekerja. Inilah dinamika yang terjadi dalam kurun waktu 7 bulan masa pandemi covid-19 hingga saat ini.

  1. Jumlah karyawan sudah dipangkas sekitar 40 persen atau sekitar 250 orang.
  2. Pengurangan shift sudah diberlakukan dari 2 shift sempat menjadi 1 shift. Beberapa bagian malah awalnya ada yang sampai 3 shift. Sekarang sudah menjadi 2 shift kembali namun dengan jumlah personel terbatas.
  3. Adanya pemotongan gaji sebagai dampak dari profit (keuntungan) yang menurun.
  4. Tidak ada lagi pengangkatan karyawan tetap.
  5. Untuk karyawan yang berstatus kontrak terpaksa hanya tinggal menunggu waktu karena kebijakan perpanjangan kontrak pun untuk sementara dibekukan. Mereka bersiap untuk pergi.

Fakta tersebut di atas tentu bukan hanya kami yang mengalami. Anda bisa cek sendiri berapa jumlah PHK sampai detik ini. Itu yang dilaporkan. Yang tidak dilaporkan lebih banyak. 

Kementerian Perindustrian memang telah mengajukan usulan relaksasi pajak mobil baru. Pajak diturunkan menjadi 0 persen atau sama dengan tanpa pajak. Bila ini disetujui oleh Kementerian Keuangan, harga mobil akan turun sangat signifikan sebagai dampak dari penghapusan pajak. 

Dengan kata lain, seolah-olah akan menjadi diskon flash sale di tengah pagebluk corona. Tentu saja mobil-mobil favorit keluarga sudah dibidik. Mobil-mobil MPV dan LCGC nampaknya akan menjadi target empuk serangan pelanggan. Khususnya bagi keluarga yang sudah mengidam-idamkan memiliki kendaraan roda empat sendiri. 

Tertarik? Nanti dulu. 

Coba dipertimbangkan lagi dengan masak. Dengan keuangan yang tidak menentu, sekalipun anda mungkin mampu membeli mobil secara cash akan menyedot pengeluaran yang amat besar walaupun harga mobil sudah turun drastis. Kalau anda tidak mampu membeli secara cash, lalu memaksakan diri untuk membeli secara kredit, ya cicilan itu akan memberatkan kondisi keuangan keluarga. 

Pikirkan juga resiko pendapatan yang mungkin tidak stabil ditengah kebutuhan yang semakin meningkat. Saya pikir pandemi ini sebenarnya membuat pengeluaran semakin tinggi, bukan semakin menurun. Tengok saja berapa kebutuhan untuk mencukupi asupan gizi dan vitamin. 

Belum kebutuhan untuk pembelian APD seperti masker, sarung tangan, penutup kepala. Lalu juga kebutuhan pembelian kuota akibat PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). 

Pengalaman saya kebutuhan ini belum ditambah kebutuhan-kebutuhan tak terduga lainnya. Kemudian saya berpikir bahwa keluarga harus memegang uang cash ditangan. Ibarat musuh menyerang, kita tak punya benteng pertahanan apapun kalau tidak memiliki uang cash. 

Jangan sampai anda menyesal ketika sudah mengalami kebuntuan keuangan. Inilah mengapa kemudian saya katakan bahwa pajak mobil nol persen akan meningkatkan potensi gagal bayar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun