Yang biasa dipanggil 'Gotrek' itu orang yang namanya 'Tri'. Lalu apakah 'Gotrek' marah? tidak. Justru dia santai-santai saja dipanggil demikian. Mungkin malah kalau dipanggil Tri, bisa jadi dia tidak menoleh.
Kembali lagi menurut pandangan saya, kata-kata ini tak perlu dipersoalkan. Saya pikir ada banyak hal yang lebih urgent untuk diangkat terkait dengan masalah degradasi moral. Penjualan rokok di kalangan anak misalnya. Ini fakta yang tak sulit ditemui. Anak-anak SMP sudah mulai merokok.Â
Bahkan ada juga anak SD yang mulai mencoba-coba. Kemudian ada lagi persoalan menjamurnya film porno di handphone para pelajar SMP. Itu fakta dan mengerikan menurut saya. Belum saatnya mereka mengonsumsi tayangan seperti itu.Â
Bukankah ini lebih penting untuk dibahas dan dicari jalan keluarnya? Penting untuk mengedukasi generasi muda kita terkait hal ini supaya anak-anak Indonesia memiliki kualitas unggul dan dapat dibanggakan. Poin mengedukasi ini saya setuju dengan komnas PA.Â
Anjay, jancuk, dan kata-kata sejenisnya adalah tradisi lama. Dari mulai saya kecil sampai dewasa. Dari mulai bergaul dengan teman-teman dimasa kecil hingga sekarang nongkrong di pos ronda dengan bapak-bapak, bahasa itu selalu muncul.Â
Rasanya kata ini adalah kata yang tak akan lekang oleh waktu. Tak akan tergerus oleh jaman dan akan terus hidup dalam masyarakat. Mau tak mau kata-kata ini akan terasa lebih asyik diucapkan dengan teman-teman dibanding apabila harus menggunakan bahasa resmi dalam kamus untuk sekedar ngobrol dengan teman di warung kopi.
Anjay, masak ngobrol di warung kopi sambil makan kacang goreng aja harus pakai EYD!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H