Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalaman Tambal Gigi di Masa Pandemi

23 Juli 2020   08:51 Diperbarui: 6 April 2021   16:10 7699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biaya itu tidak lain dan tidak bukan adalah biaya untuk APD (Alat Pelindung Diri) karena perlindungan diri untuk dokter dan perawat harus mengikuti APD standar covid. 

APD yang digunakan adalah APD sekali pakai. Jadi lumayan juga karena untuk biaya APD dianggarkan 150 ribu. Ya sudah lah akhirnya kami putuskan untuk mengambil penawaran dari klinik ini daripada harus menunggu lama lagi. Menunggu layanan klinik BPJS buka kembali sama saja bunuh diri karena klinik faskes yang kami tanyai juga tidak bisa memberikan kepastian kapan praktek akan dibuka kembali.

Sesuai dengan janji yang sudah kami buat, kami mendatangi klinik tersebut pada 18 Juli 2020 kemarin. Dokter dan perawat sudah siap menyambut istri saya. Mereka sudah siap dengan APD lengkap : berbaju hazmat, kacamata google, hair cap, masker N-95, sarung tangan bedah sekali pakai, dan boot (sepatu). Mereka terlihat sangat safety. 

Prosedur awal untuk pasien dan penunggu tetap dijalankan seperti cek suhu badan, cuci tangan memakai sabun dan memakai masker. Begitu persiapan selesai, langsung dilanjutkan untuk tindakan penambalan gigi. 

Saya tidak bisa ceritakan detail proses penambalan gigi karena saya hanya menunggu diluar. Tidak boleh masuk. Ruangan tindakan pun tertutup rapat dan sangat steril. Menurut cerita istri saya, proses penambalan sama saja seperti prosedur yang biasa dilakukan. Tidak ada bedanya antara sebelum dan pada saat masa pandemi untuk prosesnya sendiri. Jadi yang membedakan hanya di APD yang digunakan. 

Saya menunggu cukup lama di ruang tunggu. Sekitar dua jam lamanya. Begitu selesai, saya akhirnya lega karena penderitaan istri saya telah usai. Bayangkan saja menahan sakit karena gigi berlubang selama berbulan-bulan. Bagi yang pernah mengalami gigi berlubang pasti bisa membayangkannya. Total biaya yang harus kami keluarkan sebesar 750 ribu rupiah. 

Cukup lumayan untuk sebuah tindakan pengobatan gigi. Pikir kami andaikan saja ada klinik gigi BPJS yang buka, kami akan menghemat biaya. Tapi ya sudah lah kami tetap bersyukur dan lega. 

Saya hanya membayangkan saja dalam situasi seperti ini, dengan biaya segitu, berapa banyak orang yang terpaksa harus menahan sakit gigi karena tidak mampu membayar biaya pengobatan. 

Terutama bagi kalangan menengah ke bawah, biaya ini memberatkan. Sebagai informasi saja bahwa sampai hari ini di daerah kami belum ada klinik BPJS yang melayani tindakan pengobatan gigi. Demikian juga Puskesmas. Rumah sakit juga masih satu dua saja yang berani memberikan layanan tersebut. Itu pun hanya di RS swasta besar yang mahal. Maka saya berharap semoga segera ada solusi terkait perawatan kesehatan gigi di masa pandemi karena perawatan gigi tidak bisa diabaikan.

Terimakasih.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun