Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mencermati Parkiran Pabrik yang Kini Sepi akibat Pandemi

18 Juli 2020   10:32 Diperbarui: 21 Juli 2020   15:35 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasanya saya tidak perlu mengulas lebih jauh lagi kenapa terjadi PHK yang begitu masif. Sudah banyak artikel yang menjelaskannya secara gamblang.

Dengan bahasa yang singkat, faktornya antara lain karena banyak proyek terhenti sehingga order dibatalkan, ekspor tertahan karena kebijakan negara penerima terkait covid-19, raw material khususnya import tidak bisa masuk ke Indonesia, kemudian daya beli masyarakat yang menurun. Untuk UMKM, selama PSBB kemarin praktis logistik terganggu.

Bagaimana dengan kondisi ekonomi kita saat ini? Dan bagaimana proyeksi ke depan? Ini penting karena akan berdampak pada situasi bisnis di perusahaan.

Pada kuartal I kemarin pertumbuhan ekonomi kita sudah turun drastis dari 5,02 persen menjadi 2,97 persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kondisi ini akan kembali menurun bahkan diprediksi akan mengalami kontraksi di kuartal II di kisaran minus 4,3 persen.

Bagaimana menjelaskan angka ini bukan keahlian saya untuk menjawabnya. Saya hanya menangkap garis besarnya saja bahwa ekonomi sedang warning, sudah berada di status "awas". Bukan waspada lagi.

Secara orang awam, gampang saja melihatnya. Tengok fakta di lapangan. Teman saya sales mobil mengeluh sulit sekali mendapatkan pembeli. Tetangga saya yang berjualan online bercerita omzetnya turun drastis.

Untuk menemukan pembeli rumah atau apartemen bukan pekerjaan yang mudah bagi seorang sales properti di era pandemi seperti ini. Karena itu saya sangat mendukung Presiden yang marah-marah kepada para menterinya karena bersikap seperti biasa-biasa saja. Memang harus extraordinary karena ternyata pemberian stimulus dan relaksasi pajak saja belum cukup menolong.

Rasanya belum ada kebijakan yang "nendang" yang bisa dirasakan langsung oleh industri. Pemerintah sudah saatnya harus berperan lebih membantu dunia industri. Terutama di dunia industri manufaktur yang menyerap banyak tenaga kerja. Selain relaksasi pajak harus dipikirkan cara lain agar industri tidak sempoyongan dihajar covid-19.

Saya hanya bisa berharap agar Presiden dan para menterinya bekerja lebih keras membawa solusi nyata untuk mengatasi krisis akibat pandemi bila tidak mau kondisi parkiran pabrik semakin sepi bahkan habis ditinggal para karyawannya karena PHK.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun