Tidak berfikir panjang, Ara pun duduk di pinggiran sungai, ditemani angin sepoi-sepoi, dan matahari yang tertutup awan, ia memulai melampiaskan keluhan-keluhannya.
"ARKKKKK....umurku sudah 19 Tahun, aku ingin melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi, tapi ibuku malah ingin menikahkanku dengan Bang Satt, laki-laki yang belum pernah aku kenal sebelumnya" keluh Ara dalam hati.
Ara sangat paham bagaimana rasanya menjadi seorang anak yang dituntut untuk patuh terhadap ibu kandung yang melahirkannya. Ia paham nasehat agama yang menjelaskan hargai ibumu, karena ibulah yang disebut Nabi sebanyak tiga kali. Selain itu, ia juga paham bahwa Ibunya lah yang menafkahinya sejak dulu sampai sekarang. Maka tidak ada lagi alasan bagi Ara untuk menolak kemauan Ibunya itu.
Ara dilema. Disatu sisi ia tidak sepakat dengan ibunya, di satu sisi ia dituntut untuk patuh dengan ibunya. Apa yang anda akan lakukan bila berada di posisi Ara?
"Apa yang bisa menjamin, aku akan bahagia dengan Bang Satt? Apakah dengan ilmuku yang sekarang, aku bisa mengurusi anak yang kelak akan lahir dari rahimku? Apakah dengan status sosial bang Satt saat ini sebagai pengangguran, ia dapat membimbingku menjadi lebih baik? Ia dapat menafkahiku dan juga anakku kelak? "seluruh pertanyaan itu Ara tanyakan dalam hati. Meski pertanyaan itu ia harapkan jawabannya, tapi ia tidak mendapat jawaban apapun. Ara bingung.
Sejenak ia menutup mata, ia baru sadar ternyata ia punya ilmu merenung dari salah satu buku kesayangannya. Ara pun mulai mengaplikasikan ilmu tersebut.
Metode gedankenexperimen atau Experimen fikiran sebagai hipotesis untuk menguji. Sederhananya, ilmu ini Ara gunakan untuk menerawang bagaimana kondisi keluarganya bila ia menjadi Istri sah dari bang Satt.
"Fokus....fokus...fokus..." Ara sedang fokus berimajinasi.
Dalam fikiran Ara , ia membayangkan telah menikah selama setahun lebih. Ia tinggal di rumah yang sangat sederhana, kadang dalam sehari, ia cuma bisa makan nasi dengan lauk ala kadarnya. Tidak ada uang simpanan, karena penghasilan dalam sahari hanya cukup untuk makan di hari itu juga. Jika suaminya bang Satt tidak bekerja, maka dipastikan tidak ada yang bisa Ara santap.
Kadang Ara mendapat serangan fisik dari bang Satt, bila tidak mau diajak berhubungan sex. Dalam fikiran Ara, bang Satt terindikasi mengidap Hyper Sex.
Paling parah, demi mendapat penghasilan, tidak segan bang Satt merelakan istrinya untuk disewakan kepada laki-laki lain.