Mohon tunggu...
Alfian Alghifari
Alfian Alghifari Mohon Tunggu... Jurnalis - Environment/Volunter/Pemuda Desa

Perkenalkan Nama saya Alfian Alghifari, bisa dipanggil ian, asal Sulawesi Barat, Polewali Mandar. Saya suka nulis, editing video, ikut kegiatan Volunter atau pengabdian masyarakat, serta suka mendakwahkan Islam Washatia kepada masyarakat yang butuh pencerahan seputar keislaman.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berkorban Itu Representasi Dari Cinta, Hanya Yang Mencintai Yang Berkorban!

8 Juli 2022   06:51 Diperbarui: 8 Juli 2022   07:13 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa kita berkorban? Untuk apa kita berkorban?

Demikianlah pertanyaan salah seorang teman kepada saya. Dia tidak menyadari bahwa pertanyaan yang ia ajukan salah sasaran. Who Am I?! Saya tidak berkompeten untuk menjawab itu. Background pendidikan saya bukan agama. Kalaupun saya jawab, jawaban saya tidak pantas untuk dijadikan sebagai rujukan dalam kajian kurban. But tak masalah. Dalam tulisan ini saya akan jawab berdasarkan referensi yang saya baca dan dengan perspektif yang berbeda dengan penceramah yang ada di masjid masjid.

Kita semua sudah memahami berbagai jenis hewan yang bisa di Kurbankan, kita juga mengetahui tatacara berkurban yang baik dan benar, kita juga sudah mengetahui asal muasal perintah kurban ini berawal ketika Tuhan memerintahkan nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya Ismail.

Lalu untuk apa kita berkorban? Untuk apa Ibrahim berkorban? Mengapa ia mengorbankan putra yang ia idam idamkan selama bertahun tahun? Putra yang setiap sujudnya ia meminta kepada Rabb untuk dihadirkan dalam kehidupannya? Lalu ketika doa Ibrahim terkabul, ia kemudian diperintah untuk mengorbankan anak tercintanya? Kenapa?

Jawabnya singkat, karena CINTA !!!

Sejatinya cinta hanya pantas diberikan 1000% kepada pemilik cinta. Maka ketika Ibrahim diperintah oleh pemilik cinta dalam hal ini Rabb, maka dengan seketika Ibrahim pun melaksanakannya. Tidak ada tawar menawar maupun negosasi.

Ini sama halnya dengan yang dilakukan Ibunda nabi Ismail, yaitu Sitti Hajar. Seorang wanita hebat, idaman, dan penyejuk hati. Bahkan penulis sendiri ingin mencari sosok yang seperti dia. Sitti Hajar adalah cerminan dari pengorbanan karena cinta. Ia adalah representasi dari pengorbanan seorang hamba sekaligus istri.

Mari simak kisah epicnya!

Sitti Hajar adalah budak yang menjadi hadiah bagi istri pertama nabi Ibrahim yaitu Sitti Sarah dari seorang Raja mesum, laknat, biadab, bernama Amr bin Amru Al-Qais bin Mailun. Raja ini sontoloyo, suka menghamburkan kekayaannya, suka mencari perempuan cantik sebagai wadah pelampiasan hasrat sexsualnya, tak tanggung tanggung, bahkan perempuan bersuami pun kalau si raja suka ia akan memaksa perempuan tersebut untuk bercerai dengan suaminya. Bayangkan ke jancuk-kan raja ini. Andai manusia jenis ini masih berkembang biak sampai sekarang, sudah pasti ia akan punah.

Sang raja memberikan Sitti Hajar kepada Sitti Sarah sebagai ucapan maaf sekaligus bentuk ketakjuban atas karomah Sitti Sarah. Karena sudah berkali kali raja laknat ini ingin mencabuli Sitti Sarah, namun Tuhan tak membiarkannya. Badan raja serasa kaku, tangannya tiba tiba lumpuh, intinya seluruh anggota tubuh yang berperan penting dalam mensukseskan mencabulan raja laknat pada Sarah tidak bisa digunakan.

“Ya Allah, jikalah Engkau mengetahui bahwa aku beriman kepada-Mu dan Rasul-Mu, mengetahui bahwa aku menjaga kehormatanku untuk suamiku, maka janganlah kau jadikan raja kafir itu berkuasa atasku," doa Sitti Sarah sembari menangis.

Akhirnya Sitti Sarah dan Sitti Hajar pun terbebas. Dalam statusnya sebagai hadiah, Sitti Hajar mendapat kabar bahwa Nabi Ibrahim mendapat wahyu untuk menikahinya. Sitti Sarah selaku istri pertama tidak keberatan. Mereka bertiga hidup rukun sampai Nabi Ismail lahir dari rahim Sitti Hajar. Ketika Nabi Ismail lahir, Nabi Ibrahim bahagia maksimal. Karena harapannya dan doa yang selama ini ia panjatkan terkabul. Berbanding terbalik dengan Sitti Sarah yang berubah 360 derajat. Api kecemburuan menyelimutinya. Sampai pada puncak kecemburuan itu, ada niat untuk membunuh Sitti Hajar.

Disaat konflik tersebut terjadi, turun Wahyu. Allah SWT memerintahkan nabi Ibrahim bersama istrinya Sitti Hajar dan juga bayi kecilnya Ismail untuk pergi ke gurun, gersang, kering, kerempeng, tanpa peradaban. Tempat yang mereka kunjungi tersebut saat ini kita kenal dengan nama Mekkah.

Ketika mereka sampai di tempat tersebut, Nabi ibrahim kemudian meninggalkan mereka berdua.

Dikutip dari karya Ibnu Katsir, Siti Hajar mengikuti Nabi Ibrahim yang hendak pergi sambil berkata, "Wahai Ibrahim, engkau hendak pergi ke mana? Apakah engkau hendak pergi meninggalkan kami sementara disini tidak ada seorang pun manusia dan tidak ada makanan sama sekali?"

Pertanyaan Siti Hajar diucapkan berkali kali, tetapi Nabi Ibrahim tidak menoleh dan tidak pula menjawab, hingga akhirnya Stti Hajar berkata kepada sang Nabi, "Apakah Allah memerintah kan hal ini kepada mu?"

Ibrahim menjawab, "Ya." Sitti Hajar kemudian berkata, "Jika demikian, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami." Setelah itu, Hajar tak bertanya lagi.

Nabi Ibrahim yang dapat perintah, Sitti Sarah yang menderita.

Setelah meninggalkan anak istrinya, Nabi kemudian berdoa. Doa ini diabadikan dalam Al-Quran QS Ibrahim ayat 37. "Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekillah mereka dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur " (QS Ibrahim:37).

Setelah Nabi Ibrahim berdoa, terjadilah kisah yang umumnya sudah kita ketahui. Kisah asal muasal Air legend nan Epic, yaitu air Zam-zam.

Seiring berjalannya waktu, persediaan makanan Sitti Hajar dan Ismail kecil pun akhirnya habis, air susu Sitti Hajar juga mengering. Tak ada satupun orang yang bisa dimintai pertolongan, tak ada makanan dan air, kosong seperti hati penulis. Melihat kondisi serba kekurangan ini, Sitti Hajar mengambil inisiatif untuk mencari makanan. Ia berjalan cukup jauh sampai bertemu dengan salah satu bukit bernama bukit Shafa. Ia mengelilingi bukit tersebut dan tidak mendapatkan apa apa kecuali capek. Tapi kecintaan pada anaknya yang kelaparan tidak membuat Sitti Hajar menyerah, ia melanjutkan perjalannya kembali sampai bertemu dengan bukit yang lain. Bukit ini diberinama bukit Marwah. Masing masing bukit dikelilingi sebanyak tujuh kali. Namun tetap Sitti Hajar tidak mendapatkan makanan.

Setelah Ikhtiar, Sitti Hajar tawakkal. Ia berdoa kepada Allah SWT dan pada akhrnya Allah SWT meberinya pertolongan. Tiba tiba dihentakan kaki Ismail kecil keluarlah Air. Mereka kemudian bersegerah untuk meminumnya.

Dengan kesulitan di atas batas wajar Sitti Hajar membesarkan Putranya. Ketika Ismail berajak dewasa, Nabi Ibrahim pun mengunjungi mereka berdua. Kali ini Nabi datang dengan Wahyu yang lebih gila lagi. Wahyu yang memerintahkan agar anaknya tersebut disembelih/dipotong/digere’.

Bayangkan penderitaan Sitti Hajar. Sudah dibuang, disuruh besarkan bayi tanpa makanan, pas bayinya dewasa malah mau di potong.

Wahyu tersebut diabadikan dalam surah As-Saffat ayat 102. “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Baru saja hendak disembelih, Wahyu tersebut diganti. Yang awalnya menyembeli anak, kini menyembeli domba.

Bisa kita simpulkan, Idul Kurban adalah hari yang memperingatkan kita pada kemuliaan, kebesaran, ketaatan, dan ketabahan perempuan sebagai ibu. Idul Adha bukan sekadar hari raya hewan gembala yang dikurbankan. Idul Kurban lebih dari ma’gere sapi atau beke. Ia tepatnya memotong sifat kelalaian, kekufuran, kesombongan, kemungkaran pada Rabb. Kita semua meyakini, keterpurukan yang diusahakan dengan maksimal akan mendatangkan pertolongan dari Rabb.

Selamat merayakan Idul Kurban, salam hangat dari penulis : Alfian Alghifari.

Follow My Instagram : Klik Disini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun