Dengan kesulitan di atas batas wajar Sitti Hajar membesarkan Putranya. Ketika Ismail berajak dewasa, Nabi Ibrahim pun mengunjungi mereka berdua. Kali ini Nabi datang dengan Wahyu yang lebih gila lagi. Wahyu yang memerintahkan agar anaknya tersebut disembelih/dipotong/digere’.
Bayangkan penderitaan Sitti Hajar. Sudah dibuang, disuruh besarkan bayi tanpa makanan, pas bayinya dewasa malah mau di potong.
Wahyu tersebut diabadikan dalam surah As-Saffat ayat 102. “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Baru saja hendak disembelih, Wahyu tersebut diganti. Yang awalnya menyembeli anak, kini menyembeli domba.
Bisa kita simpulkan, Idul Kurban adalah hari yang memperingatkan kita pada kemuliaan, kebesaran, ketaatan, dan ketabahan perempuan sebagai ibu. Idul Adha bukan sekadar hari raya hewan gembala yang dikurbankan. Idul Kurban lebih dari ma’gere sapi atau beke. Ia tepatnya memotong sifat kelalaian, kekufuran, kesombongan, kemungkaran pada Rabb. Kita semua meyakini, keterpurukan yang diusahakan dengan maksimal akan mendatangkan pertolongan dari Rabb.
Selamat merayakan Idul Kurban, salam hangat dari penulis : Alfian Alghifari.
Follow My Instagram : Klik Disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H