Kami terus naik hingga samppai di area puncak sekitar pukul empat pagi. Benar kata pendaki yang saya temui di pos 2, area puncak sudah penuh sesak tenda para pendaki. Bahkan jalan menjuju titik puncak terhalang puluhan tenda sehingga menyulitkan kami menggapainya.Â
Kami memutuskan untuk beristirahat di samping Warung Puncak Andong Pak Imun. Puncak Andong memang ada warung jadi para pendaki tidak perlu khawatir kehabisan air dan perbekalan.
Ketika matahari terbit, kabut tebal yang sebelumnya menutupi Puncak Andong lambat laun menghilang. Gunung Merapi dan Gunung Merbabu muncul di balik awan. Pemandangan indah seketika tersaji di hadapan kami.Â
Sinar oranye matahari memantul di awan dan rerumputan. "ihh bagus bangeet" ujar teman saya yang baru pertama mendaki. Saya tersenyum simpul sekaligus takjub mengagumi keindahan alam yang bisa memukau mata semua manusia yang memandang. Terlihat juga makam di Puncak Andong yang semalaman tertutup kabut.
Berhubung banyak acara yang menunggu kami bergegas pulang. Sayang sekali karena saya belum sampai puncak. Tapi kondisi yang terlalu ramai dan waktu kami yang terbatas memaksa kami untuk segera menuruni gunung.Â
Pendakian yang singkat namun tetap luar biasa, pendakian yang sama sekali tak terpikirkan sebelumnya. Terima kasih untuk kawan-kawan yang sudah membaca tulisan ini, mohon maaf bila banyak salah, sampai jumpa. Salam lestari, Gunung Andong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H