Menurut para pemikir Muslim, hadis ini menjelaskan bahwa anak keturunan Adam pada asal diciptakannya oleh Allah dengan ruhani yang baik, tidak menyukai kebatilan, perbuatan buruk, dan bersikap benar. Peran orang tua sangat penting terhadap perkembangan potensi fitrah yang baik bagi setiap anggota keluarganya. Selain itu, keluarga juga berperan dalam pengembangan perilaku dan karakter Islami setiap anggota keluarganya yang sejalan dengan potensi fitrahnya, sehingga hal ini menjadikan pondasi ketahanan keluarga.
Kontribusi pendidikan karakter dalam penguatan ketahanan keluarga memiliki sasaran yang hendak dicapai yaitu menjadikan manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Sasaran ini dapat dapat diperjelas melalui kualifikasi berikut 1) manusia yang fitrahnya terpelihara yaitu tergerak untuk berperilaku baik dan menjauhi larangan atau perilaku tercela bagi Allah SWT, 2) memiliki kepekaan hati nurani yang baik untuk mengontol perbuatan manusia, 3) jujur dan amanah, 4) bertanggung jawab, 5) mampu mengendalikan diri dari hal negatif, 6) memiliki semangat berjuang untuk mencapai tujuan bersama, terlebih dalam sebuah keluarga, dan 7) memiliki rasa peduli dan berbagi dengan orang lain.
Kualifikasi tersebut menjadi aspek yang penting untuk meningkatkan relasi yang baik dengan orang lain. Jika kualifikasi tersebut diterapkan dalam keluarga, dapat membangun kolaborasi untuk mewujudkan kepentingan bersama. Pembentukan karakter dalam keluarga tersebut diharapkan mampu berfungsi untuk mengisi ruang batin setiap anggota keluarga. Kelekatan fisik batin ini antar anggota keluarga yaitu ibu, bapak, dan anak akan mampu membentengi diri untuk tidak melakukan perilaku tercela, menghindari perselisihan, karena memiliki tempat mengadu atau bercerita pada sesama anggota keluarga ketika menghadapi berbagai masalah.
Saat keluarga berada dalam suatu masalah, tentu menimbulkan berbagai kegaduhan di dalamnya. Hal inilah yang menjadikan pendidikan karakter sebagai upaya penguatan ketahanan keluarga. Karakter tidak begitu saja berkembang dengan sendirinya, melalui berbagai pengalaman, cobaan, dan proses seseorang menghadapi masalah dalam hidupnya itulah yang menjadi penguatnya. Pendidikan karakter ini tak terbatas pada waktu, melainkan terus dilakukan sepanjang hayat melalui pengalaman sehari-hari. Peranan orang tua juga menjadi pilar utama dalam pembentukan karakter bagi anak maupun anggota keluarga lainnya. Dengan modal dasar karakter yang kuat ini, akan menghantarkan setiap anggota keluarga untuk menjalani kehidupan di lingkungan sosialnya.
Adanya penanaman pendidikan karakter dalam keluarga menjadi sebuah ikhtiar untuk memperkuat ketahahan keluarga. Jika setiap anggota keluarga terutama anak memiliki benteng pendidikan karakter yang kuat dan memiliki jiwa yang religius, maka berjalannya kehidupan akan terasa damai dan sejahtera. Hal ini disebabkan dalam penanaman pendidikan karakter terdapat nilai-nilai agama yang sangat berguna untuk kehidupan. Jika setiap anggota keluarga mempunyai akhlak yang baik, saling menyayangi dan memahami, semua kebutuhannya tercukupi, serta implikasi pada nilai-nilai agama dijalankan dengan baik maka ketahanan keluarga akan tercipta di dalamnya.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2016. "Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016". Jakarta : CV. Lintas Khatulistiwa.
Djamas, Nurhayati. 2017. "Pendidikan Karakter, Masalah Ketahanan Keluarga dan Masyarakat". Bekasi : PT. Penjuru Ilmu Sejati.
Mahmudah, Nurul. 2020. "Tiga Pilar Ketahanan Keluarga". [online]. Tersedia di : Â https://mui.or.id/bimbingan-syariah/hukum-keluarga/28536/tiga-pilar-ketahanan-keluarga/. Diakses pada tanggal 3 Mei 2021.
Supriyono, et.al. 2015. "Pendidikan Keluarga dalam Pembentukan Karakter Bangsa". Jakarta : Kemendikbud, Dirjen. PAUD dan Pendidikan Masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H