Mohon tunggu...
Alfi Muna Syarifah
Alfi Muna Syarifah Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

I was active as Indonesian activist for Indonesian woman justice. Now, I split out my volunteer work became writer here. 😌| My study was focused in linguistic forensic for Indonesian law cases. Welcome and please enjoy my masterpieces!!!

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film Little Mermaid 2023, Masalah Gender hingga Lingkungan

15 April 2023   21:35 Diperbarui: 15 April 2023   21:38 2581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Little Mermaid (hotstar.com)

Tontonan dengan bantuan teknologi animasi canggih, tidak semata-mata ramah anak-anak. Asumsi itu harus dibuang jauh, mulai sekarang. Disney sebagai dunia hiburan, mengejawantahkan hewan hingga manusia dalam bentuk unik. Namun, ia tidak bisa menjamin konten yang selaras dengan pola kembang anak.

Kamu bisa melihat dengan cara berpakaian Ariel di Little Marmaid. Ia sangat wajar hanya untuk memakai bikini. Namun, bagaimana jika disandingkan dengan kultur Indonesia? Lalu, film Little Marmaid didominasi oleh cerita cinta Ariel dan Eric, tidak selaras untuk anak-anak. Lebih baik, didik mereka untuk cinta diri sendiri dan alam.

Tokoh utama abai lingkungan 

Ariel sebenarnya adalah perempuan yang cerdas, penuh empati, dan pemberani. Namun, cinta Ariel pada manusia membuat ia lupa bagaimana manusia telah memperlakukan dirinya. Bahkan, Raja Triton ayah Ariel membuat larangan keras untuk mendekati manusia. 

Manusia telah merusak alam lautan. Tentunya, Ariel dan kerajaannya terpolusi akibat ulah manusia. Kepiting-kepiting dimakan manusia dengan serakah. Lalu, Sebastian dan Flounder dua sahabat Ariel menjadi korban ulah manusia. Dengan sikap Ariel yang rela memasuki dunia manusia, ia seolah membuka akses manusia untuk merusak lingkungannya dengan mudah.

Ketidakjelasan gender

Terlepas dari animasi Little Mermaid yang sangat menghibur anak-anak, ada kisah kontroversial gender di balik film ini. Sosok Ariel diciptakan dari imaginasi Hans Christian Andersen, seorang biseksual. Ia pun berusaha menciptakan karakter-karakter Little Mermaid untuk transformasi ide gendernya.

Mermaid merupakan salah satu nama organisasi besar pendukung LGBT di Inggris. Nama Mermaid juga disebut sebagai perjuangan komunitas LGBT yang sangat susah untuk diterima oleh masyarakat. Begitulah dahsyatnya perjuangan Ariel menjadi manusia dan diterima masuk di dunianya. Dari sinilah sosok Ariel membawa ketidakjelasan dalam representasi gender.

Pro kontra selalu ada di balik pembuatan film. Tinggal bagaimana kamu menyikapinya dan menjadikan itu sebagai tontonan ringan yang menghibur. Namun, ada kalanya kamu juga bersikap tegas untuk menyerap informasi di balik film tertentu. Little Mermaid 2023 ini bisa menjadi ajang diskusi kamu bersama teman-teman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun