Mohon tunggu...
Alfi Muna Syarifah
Alfi Muna Syarifah Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

I was active as Indonesian activist for Indonesian woman justice. Now, I split out my volunteer work became writer here. 😌| My study was focused in linguistic forensic for Indonesian law cases. Welcome and please enjoy my masterpieces!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Media Online Berkat Bapak

7 Desember 2022   10:25 Diperbarui: 7 Desember 2022   11:26 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perlawanan Rakyat - Kompas.com

Kawula muda sudah sepatutnya berterima kasih atas jasa Leonardo Kleinrock. Seorang profesor ilmu komputer UCLA (University of California Los Angeles). 29 Oktober 1969, Kleinrock tidak sengaja menciptakan internet berkat kode digital yang dijadikannya paket-paket terpisah. Kemudian, Kleinrock mempopulerkan internet melalui ARPANET (Advance Researchs Agency Network) dengan menyambungkan ke berbagai komputer.

Internet jadi kabar baik era modern yang menciptakan jarak dekat manusia melalui dunia maya. Modernisasi ini ditandai oleh Tim Barners Lee yang menciptakan inovasi baru WWW (World Wide Web) pada 1989. Kemudian, membantu publikasi surat kabar tercatat 150 pada 1995 berkat sadarnya media konvensional untuk memodernisasi karya mereka lebih aman dan efektif menggaet audien.

Sebenarnya, 1993 Pers University of Florida telah tancap gas terlebih dahulu dengan menciptakan web kejurnalisan. Tepat jarak setahun, Palo Alto Weekly merambah bisnisnya (1994) untuk fokus pada media online. Jika mundur pada sejarah kuno penyebaran informasi, Cina tercatat sebagai negara pertama yang mencetak surat kabar (911M) alias Tching-Pao. 

Penyebaran informasi melalui Daring (online) banyak diminati karena faktor teknologi dan infrastruktur yang memadai, yaitu internet penemuan Kleinrock semakin dimodernisasi oleh WWW yang mampu menjangkau koneksi dunia secara real time dan adanya distribusi pesat telepon yang ditemukan oleh Bell (1876) serta komputer yang ditemukan oleh Babbage (1822) untuk membantu manusia mudah mendapatkan dan memberi informasi tanpa limit.


Kisah versi Indonesia


Masa kelam Presiden Soeharto (1998) menjadi sinyal bangkitnya media di Indonesia. Begitu pula transisi internet ke Indonesia (1988) menjadi berkat besar bagi para aktivis Orba (Orde baru) untuk menumbang akar kekuasaan Soeharto yang menikam rakyat dihantui kematian mendadak. UI-NETLAB diklaim sebagai internet pertama yang terdaftar sejak 24 Juni 1988 disusul oleh IndoNet 1992 sebagai internet service provider Indonesia dengan akses limit. 

Wiji Tukul seorang aktivis mengeksploitasi baik momen ini.  Dalam Surelnya yang dikirim ke berbagai alamat Surel kawan-kawan seperjuangan di dalam maupun luar negeri, Wiji mengobarkan kalimat "Lawan!" Hal ini merupakan sinyal kemajuan media online di Indonesia.

Dalam menularkan semangat perjuangan antarkawan, Wiji Tukul dan para aktivis Orba sudah menggunakan enskripsi serta pegasus, yaitu spyware untuk memata-matai histori penggunaan alat elektronik seperti telepon agar berita serta dokumen perjuangan tidak jatuh pada rezim Orba.

Melihat peluang dan kebutuhan pembaca berita (breaking news) yang haus kemajuan perjuangan tiga wartawan, yaitu Budi Darsono, Yayan Sopyan, dan Abdul Rahman serta satu sipil, yaitu Didi Nurgahadi melopori berdirinya deTik lalu diberengus rezim Orba (1994) karena media cetak ini melakukan pengengkangan bahaya. 

Namun, inovasi datang dengan akses web detikcom yang limit bidang politik, ekonomi, dan IT pada 30 Mei 1998. detikcom secara resmi sebagai media online pertama lahir di era langka dan mahalnya internet pada 9 Juli 1999.

Kompas.com turut berduka pada era perjuangan bangsa Indonesia. Orde lama (1965) menjadi sinyal didirikannya Kompas yang dinamai oleh Bung Karno berkat ide Jenderal Ahmad Yani untuk menyeimbangi edaran monopoli surat kabar kaum komunis. 

Frans Seda, orang media Bentara Rakyat menyampaikan hasil pertemuannya dengan Bung Karno yang mengilhamkan berdirinya Kompas kepada PK Ojong dan Jacob Oetama yang lebih berpengalaman. Keduanya enggan, tetapi kepentingan kemerdekaan bangsa lebih menjanjikan keamanan jangka panjang perlu diperjuangkan. Jacob mengajari karyawan tentang reportase. Sedangkan, Ojong mengajari penerjemahan dan rela berlangganan koran luar negeri demi menunjang edaran Kompas. 28 Juni 1965 surat kabar cetak Kompas terbit perdana. 

Namun, saat itu Kompas belum berani mengedarkan redaksi online dikarenakan infrastruktur seperti internet belum memadai. Barulah pada 14 September 1995, Kompas melakukannya dengan akses Kompas Online yang hanya mereplika berita-berita Kompas cetak hari itu. Dengan ini, Kompas berhasil menggaet audien daerah timur dan luar negeri.


Media kekinian juga berperan


Selain media online, media sosial (Medsos) juga ikut serta melakukan perjuangan rakyat melalui fitur-fitur yang ditawarkan. Jari -- jari lihai disertai ide kritis menghasilkan narasi-narasi positif untuk melawan keterbelakangan dan ketidakadilan. Ketahui perannya:

Facebook (FB) yang ditemukan oleh Mark Zuckerberg (2004) dan Tiktok ditemukan oleh Zhang Yiming (2016) menawarkan fitur-fitur yang bisa kawula muda eksploitasi:

1.Wall Post
Unggah konten bermanfaat anti hoaks  di FB dengan menyisipkan gambar, video, dan unggahanmu menggunakan tagar viral, tag teman, atau grup perjuangan yang kamu ikuti.

2.Live Streaming
Lakukan live streaming dengan menyampaikan pengetahuan anti hoaks yang kamu kuasai. Catat ide-ide penting sebelum melakukannya dan buka diskusi dengan audien agar lebih interaktif.

3.Reels
Fitur ini menjadikan kontenmu lebih viral dan gampang ditemukan. Selain membagikan konten bermanfaat, kamu bisa menghasilkan uang dari reels karena banyak pengikut konten-kontenmu. Reels berlaku di FB maupun Tiktok dengan mengunggah video berupa gambar, video, maupun rekaman suaramu. 

Kamu juga bisa meniru gaya Rian Fahardhi konten kreator muda yang terkenal sebagai Presiden Gen Z yang kerap menjadi penyambung lidah rakyat melalui unggahannya di TikTok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun