Kompas.com turut berduka pada era perjuangan bangsa Indonesia. Orde lama (1965) menjadi sinyal didirikannya Kompas yang dinamai oleh Bung Karno berkat ide Jenderal Ahmad Yani untuk menyeimbangi edaran monopoli surat kabar kaum komunis.Â
Frans Seda, orang media Bentara Rakyat menyampaikan hasil pertemuannya dengan Bung Karno yang mengilhamkan berdirinya Kompas kepada PK Ojong dan Jacob Oetama yang lebih berpengalaman. Keduanya enggan, tetapi kepentingan kemerdekaan bangsa lebih menjanjikan keamanan jangka panjang perlu diperjuangkan. Jacob mengajari karyawan tentang reportase. Sedangkan, Ojong mengajari penerjemahan dan rela berlangganan koran luar negeri demi menunjang edaran Kompas. 28 Juni 1965 surat kabar cetak Kompas terbit perdana.Â
Namun, saat itu Kompas belum berani mengedarkan redaksi online dikarenakan infrastruktur seperti internet belum memadai. Barulah pada 14 September 1995, Kompas melakukannya dengan akses Kompas Online yang hanya mereplika berita-berita Kompas cetak hari itu. Dengan ini, Kompas berhasil menggaet audien daerah timur dan luar negeri.
Media kekinian juga berperan
Selain media online, media sosial (Medsos) juga ikut serta melakukan perjuangan rakyat melalui fitur-fitur yang ditawarkan. Jari -- jari lihai disertai ide kritis menghasilkan narasi-narasi positif untuk melawan keterbelakangan dan ketidakadilan. Ketahui perannya:
Facebook (FB) yang ditemukan oleh Mark Zuckerberg (2004) dan Tiktok ditemukan oleh Zhang Yiming (2016) menawarkan fitur-fitur yang bisa kawula muda eksploitasi:
1.Wall Post
Unggah konten bermanfaat anti hoaks  di FB dengan menyisipkan gambar, video, dan unggahanmu menggunakan tagar viral, tag teman, atau grup perjuangan yang kamu ikuti.
2.Live Streaming
Lakukan live streaming dengan menyampaikan pengetahuan anti hoaks yang kamu kuasai. Catat ide-ide penting sebelum melakukannya dan buka diskusi dengan audien agar lebih interaktif.
3.Reels
Fitur ini menjadikan kontenmu lebih viral dan gampang ditemukan. Selain membagikan konten bermanfaat, kamu bisa menghasilkan uang dari reels karena banyak pengikut konten-kontenmu. Reels berlaku di FB maupun Tiktok dengan mengunggah video berupa gambar, video, maupun rekaman suaramu.Â
Kamu juga bisa meniru gaya Rian Fahardhi konten kreator muda yang terkenal sebagai Presiden Gen Z yang kerap menjadi penyambung lidah rakyat melalui unggahannya di TikTok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H