Antara aku dengan sebilah harapan kini hanya tersisa Remah-emah keyakinan,berbekalkan remah-remah itu dalam hati aku bergumam,"hei,setelah apa yang kau lakukan, setelah harapanku kau hancurkan berkeping-keping,kau kira aku akan berhenti ?,kau kira aku akan menyerah? Tidak.
  Aku tetap mengharapkanmu dengan serpihan-serpihan itu.Aku sedih,aku kecewa,aku marah,tapi tahukah kamu? aku berusaha untuk terlihat baik-baik saja,itu menyakitkan,tapi aku memilih bertahan,bertahan menunggumu dengan jawaban sesuai harapanku.
  Jangan kira embun malammu mampu memberhentikan titik juangku,aku masih menunggu.
 Â
Dan benar saja,sebuah malam kini membuatku kembali tercengang,bukan karena luka tapi bahagia.Terimakasih,terimakasih telah merubah jawabanmu,terimakasih kau kini mengiyakanku,terimakasih kini kau menerimaku,terimakasih mengizinkan aku menjadi bagian darimu,terimakasih mengizinkan kakiku bertapak di atasmu,terimakasih mengizinkan aku duduk di majlismu.
 Â
 Memang luka tak pernah begitu saja hadir tanpa arti,karna ia datang untuk membuat kita belajar kemudian mengerti bahwa menyerah bukanlah sebuah pilihan untuk di jalani.
  Darimu aku belajar bahwa kita semestinya menerima kekecewaan yang terbatas tapi jangan pernah kehilangan harapan tanpa batas (Martin).
 Â
Sungguh,sungguh aku bahagia menjadi bagian darimu meski kini Allah taqdirkan sesuatu sebagai penghalang kita bertemu,aku sama sekali tak tersiksa dengan selaksa kata rindu,buktinya hampir setahun sejak perpisahan kita kala itu,nafasku masih saja menghembuskan tentangmu.
Raayahku...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H