Mohon tunggu...
Suryana Alfathah
Suryana Alfathah Mohon Tunggu... Freelancer - Santrizen Millenial

Kaum rebahan ras terkuat kedua di bumi

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Novel Kuburan Gagak: Sisi Kelam Manusia dalam Simbol Gagak

1 Februari 2025   08:01 Diperbarui: 1 Februari 2025   08:01 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Judul: Kuburan Gagak
Penulis: Rezawardhana
Penerbit: Raven
Jumlah Halaman: 371 hal
ISBN: 978-623-91078-3-3

Sinopsis
Setelah kematian bapaknya, Biyas menjadi yatim piatu sampai akhirnya pamannya menawarinya tempat tinggal dan keluarga baru. Selain harus meninggalkan sahabatnya, Biyas rupanya harus mendapati kenyataan pahit tentang desa tempat ia tinggal dan sebuah rahasia kelam tentang desanya.
Bertahun-tahun kemudian, Hilbram Handaru mendapat undangan dari Devina dan teman-teman komunitasnya untuk pergi berlibur di sebuah pantai. Sesuatu hal buruk terjadi setelah kepergian mereka, bahkan polisi mencurigai adanya kaitan dengan "setan" yang pernah mereka hadapi di sebuah desa kecil di Tuban.

Review Singkat
"Kuburan Gagak" adalah prekuel dari novel Pemburu Halimun, karya penulis yang sama. Jika dalam Pemburu Halimun karakter Hilbram Handaru hanya diceritakan latar belakangnya sepintas, maka dalam Kuburan Gagak kita diajak mengenalnya lebih dalam, memahami masa lalu nya, serta menyaksikan bagaimana ia menghadapi berbagai peristiwa kelam yang membentuk dirinya.

Sejak awal membaca, saya langsung tertarik dengan tampilan fisik bukunya. Cover-nya paling keren diantara novel-novel thriller yang pernah saya baca sejauh ini dan sangat mendukung nuansa misteri yang ingin disampaikan. Desain yang simpel namun tetap elegan, warna-warna gelap yang digunakan menciptakan aura kelam yang sesuai dengan isi ceritanya. Judulnya pun begitu sederhana, hanya dua kata "Kuburan Gagak", tetapi memiliki daya tarik tersendiri. Kesannya misterius dan menyeramkan di dalamnya. Menggunakan simbol atau filosofi binatang dalam sebuah cerita memang selalu memberikan efek mendalam. Gagak sering dikaitkan dengan pertanda buruk, kematian, atau sesuatu yang mengintai dalam kegelapan. Dan novel ini dengan cerdas memanfaatkan simbol itu untuk membangun atmosfernya.

Dari segi alur, novel ini memiliki dua timeline yang berjalan secara paralel. Ada kisah tentang Biyas, seorang gadis yang sejak kecil harus mengalami berbagai peristiwa tragis yaitu kehilangan ayahnya, perundungan di sekolah, dan masih banyak lagi kepedihan yang harus ia telan. Di sisi lain, ada kisah Hilbram Handaru, seorang pria muda yang baru saja lulus kuliah dan bercita-cita menjadi dosen. Ia diajak oleh Devina untuk ikut liburan bersama komunitasnya ke sebuah pantai di Pacitan. Namun, perjalanan yang seharusnya menjadi momen menyenangkan justru berubah menjadi mimpi buruk ketika salah satu temannya hilang dan dianggap tewas.

Sejak awal, saya sudah penasaran bagaimana dua kisah ini akan terhubung. Dan benar saja, semakin masuk ke dalam cerita, benang merah antara Biyas dan Hilbram mulai terlihat. Penulis berhasil membangun misteri secara perlahan, menyusun setiap petunjuk dengan rapi sehingga ketika semua mulai terjalin di bagian tengah hingga akhir, pembaca akan dibuat semakin penasaran.

Salah satu hal yang saya sukai dari novel ini adalah karakterisasinya. Semua tokoh terasa hidup dan realistis. Hilbram Handaru, sebagai tokoh utama, bukanlah tipikal pahlawan sempurna yang selalu tahu segalanya. Ia bukan detektif jenius ala Sherlock Holmes, melainkan manusia biasa yang kadang ceroboh, emosional, dan melakukan kesalahan. Justru inilah yang membuatnya begitu relatable. Ia tetap bisa bersikap tenang dan analitis dalam menghadapi situasi sulit, tetapi di saat yang sama juga menunjukkan kelemahan sebagai manusia.

Selain itu, meskipun jumlah karakternya cukup banyak, setiap tokoh memiliki peran yang jelas dalam cerita. Ada yang menjadi korban, ada yang menjadi pelaku, dan ada juga karakter yang berperan sebagai kunci dalam mengungkap misteri. Hubungan antar mereka seperti teka-teki yang perlahan terungkap, semakin lama semakin membentuk pola yang jelas. Penulis benar-benar cerdas dalam menyusun plot dan merangkai misteri. Tidak ada elemen yang terasa sia-sia, semuanya memiliki tempatnya masing-masing.

Dari segi alur, novel ini memiliki pacing yang agak slow burn di awal. Namun, karena ada dua sudut pandang yang berbeda, Biyas dan Hilbram, ceritanya jadi  tidak terlalu membosankan. Justru Misterinya dibangun dengan perlahan, tetapi tetap memancing rasa penasaran. Dan ketika akhirnya kedua benang cerita ini bertemu dalam satu garis, intensitasnya meningkat drastis, membuat saya tidak bisa berhenti membaca.

Yang juga menarik adalah bagaimana novel ini tidak hanya sekadar menyuguhkan misteri dan thriller, tetapi juga menyelipkan eksplorasi psikologis tentang manusia. Dalam cerita-cerita kriminal, kita sering bertanya-tanya, apa sebenarnya yang membuat seseorang melakukan tindakan keji? Apa yang mendorong seseorang untuk melampaui batas moralnya? Dan jawabannya hampir selalu sama: trauma, pengalaman pahit, dan sisi gelap manusia yang tersembunyi. Novel ini dengan cerdas mengilustrasikan hal tersebut melalui simbol gagak. Burung yang sering dikaitkan dengan kematian, pertanda buruk, dan misteri ini menjadi metafora yang sempurna untuk karakter-karakter dalam novel.

Ada banyak momen yang membuat saya terkesan, terutama berbagai kiasan yang digunakan dalam cerita. "Setan di Bukit Gagak", "Gagak Bermata Merah", "Pasangan Gagak", semuanya memperkuat atmosfer kelam dalam novel ini. Bahkan, epilog novel ini seakan memberi petunjuk bahwa kisah Hilbram dengan gagak belum berakhir, mungkin akan ada kelanjutan?

Secara keseluruhan, saya sangat menikmati Kuburan Gagak. Ini adalah novel misteri-kriminal yang kelam, penuh teka-teki, dan dieksekusi dengan sangat baik. Plot twist-nya banyak, alurnya cerdas, dan gaya bahasanya mengalir dengan baik. Saya memberikan nilai 8.5/10 untuk novel ini. Bagi kalian yang menyukai cerita kriminal-misteri yang suram dan penuh ketegangan, saya sangat merekomendasikan buku ini. Selamat membaca!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun