Selain bercerita tentang sisi psikologis Ruby, dalam novel ini sejatinya menjelaskan tentang cara menjadi ibu dan kondisi yang dialami seorang ibu pertama kali. Pesan yang dapat diambil dari cerita ini tentu saja tentang kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.Â
Ruby memang menyadari jika dirinya sakit, tetapi ia terlihat sangat menyayangi Gendhis. Awalnya ia merasa Gendhis sebagai beban, tapi seiring waktu berjalan, ia pun menyadari bahwa Gendhis adalah belahan jiwanya, yang telah ia kandung selama sembilan bulan, yang telah dilahirkan dengan pertaruhan nyawa. Mana bisa seorang ibu dipisahkan dari belahan jiwanya? Perjuangan seorang ibu berawal sejak mengandung. Dengan lelah dan pegal ia menjaga sebuah kehidupan dalam perutnya. Ketika proses melahirkan pun, seorang ibu pasti merasakan sakit yang luar biasa. Pertaruhannya adalah nyawa. Setelah melahirkan pun ia akan diganggu dengan tangisan-tangisan di setiap malam. Menyusui, mengganti popok, menggendong dan menjaga anaknya dengan kasih sayang.Â
Itulah perjuangan seorang ibu demi kita. Makanya tidak salah jika ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya. Surga berada dibawah telapak kakinya. Oleh karena itu sudah sepatutnya kita berbuat baik, taat kepadanya dan jangan sampai kita durhaka dan menyakiti perasaannya.
Ibuku, ibumu, ibu kita semua
Bayangkan dia,
Hadirkan lah dia kembali ke dalam ingatan,
Pada setiap tarikan nafas kita.
Lalu, tanyakan pada diri sendiri,
Apakah kita sudah cukup mencintai ibu, sebagaimana dia mencintai kita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H