Mohon tunggu...
Suryana Alfathah
Suryana Alfathah Mohon Tunggu... Freelancer - Santrizen Millenial

Kaum rebahan ras terkuat kedua di bumi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Review Novel Hush Little Baby: Depresi Seorang Ibu

1 Februari 2022   14:19 Diperbarui: 1 Februari 2022   14:29 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok penerbit Noura Publishing

Judul: Hush Little Baby
Penulis: Anggun Prameswari
Penerbit: Noura Publishing
Jumlah Halaman: 328 hlm
ISBN: 978-602-385-381-6

Sinopsis

"Jangan menangis, nak."
Ruby memiliki segalanya. Rajata, suami penuh cinta dan kaya raya. Gendhis, bayi cantik pelengkap kebahagiaan mereka. Kehidupan terasa begitu sempurna bagi Ruby, kecuali satu - masa lalunya.
"Kamu boleh berbuat salah pada masa lalu, tetapi tidak pada masa depan"
Ruby hanya ingin bayinya tenang dan berhenti menangis. Namun, dia justru dianggap gila dan tak pantas merawat Gendhis. Padahal, satu-satunya yang gila adalah ibu kandungnya sendiri.
"Aku butuh ibu untuk mengajariku bagaimana caranya menjadi ibu"
Setelah Gendhis direnggut paksa darinya, tak ada lagi yang bisa Ruby percaya. Tidak juga Rajata suaminya, Bunda Alana mertuanya, bahkan Bibi Ka pengasuhnya sejak kecil. Dia harus mendapatkan Gendhis kembali dan membuktikan dirinya mampu menjadi seorang ibu. Ruby terus menelusuri masa lalunya yang tak hanya kelam, tetapi juga merah berdarah. Dengan terus membisikkan satu pertanyaan.
"Siapa yang dapat menentukan kadar seorang ibu kepada anaknya?"

Review Singkat

Karena penerbit Noura sedang gencar-gencarnya mempromosikan novel genre Urban Thriller, saya pun sangat antusias untuk melengkapi koleksi novel genre tersebut. Salah satunya adalah Hush Little Baby. Ketika membaca sinopsis nya, saya kurang paham dengan inti masalah dalam ceritanya. Walaupun begitu, akhirnya saya bisa menyelesaikan nya. 

Pada bab-bab awal diceritakan tokoh bernama Ruby, yang saya kira mengalami gangguan mental akibat perlakuan ibunya semenjak kecil. Cerita berjalan dua arah, dengan mengisahkan sudut pandang orang pertama, saat ia masih kecil dan masa kini ketika dewasa. 

Bagian-bagian awal sukses membuat saya lemas ketika membacanya. Bagaimana tidak, saya diperlihatkan bagaimana proses seorang perempuan yang sedang hamil, kemudian ia stress dan akhirnya melahirkan, operasi sesar pula. Saya yang laki-laki tentu tidak kuat membayangkannya. Jadi saya agak tersendat di awal.

Seiring berjalannya cerita, nuansa tersebut berkurang, karena akhirnya anak yang dikandung Ruby lahir. Bukannya tenang, justru menyebabkan banyak masalah. Ruby ternyata mengalami depresi pasca melahirkan yang menyebabkan mentalnya terganggu. 

Depresi yang dialami Ruby cukup membahayakan bila tidak segera ditangani, karena dapat membahayakan dirinya dan juga bayinya. Bunda Alana, mertuanya tentunya ingin yang terbaik untuk Gendhis, bayi yang baru lahir tersebut. Tetapi caranya salah dan ada aroma kebencian darinya terhadap Ruby. Untungnya masih ada Bibi Ka yang selalu bisa menenangkan Ruby, karena selama ini ia yang mengasuh Ruby dari kecil. Sedangkan Rajata, cukup ideal sebagai seorang ayah dan suami yang baik, dan sabar menghadapi perlakuan ibu nya serta keadaan Ruby.

Untuk bahasa penulisannya sangat enak dibaca. Bahasanya mengalir sehingga tidak sulit untuk dipahami. Untuk genre thriller bisa dibilang tidak terlalu suram, tetapi tetap ada nuansa kelamnya. Dan bagian yang paling saya suka adalah Plot Twist nya! Benar-benar diluar dugaan dan cukup nyesek juga. Ternyata saya sudah ditipu di awal. Keren sih ini.

Selain bercerita tentang sisi psikologis Ruby, dalam novel ini sejatinya menjelaskan tentang cara menjadi ibu dan kondisi yang dialami seorang ibu pertama kali. Pesan yang dapat diambil dari cerita ini tentu saja tentang kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. 

Ruby memang menyadari jika dirinya sakit, tetapi ia terlihat sangat menyayangi Gendhis. Awalnya ia merasa Gendhis sebagai beban, tapi seiring waktu berjalan, ia pun menyadari bahwa Gendhis adalah belahan jiwanya, yang telah ia kandung selama sembilan bulan, yang telah dilahirkan dengan pertaruhan nyawa. Mana bisa seorang ibu dipisahkan dari belahan jiwanya? Perjuangan seorang ibu berawal sejak mengandung. Dengan lelah dan pegal ia menjaga sebuah kehidupan dalam perutnya. Ketika proses melahirkan pun, seorang ibu pasti merasakan sakit yang luar biasa. Pertaruhannya adalah nyawa. Setelah melahirkan pun ia akan diganggu dengan tangisan-tangisan di setiap malam. Menyusui, mengganti popok, menggendong dan menjaga anaknya dengan kasih sayang. 

Itulah perjuangan seorang ibu demi kita. Makanya tidak salah jika ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya. Surga berada dibawah telapak kakinya. Oleh karena itu sudah sepatutnya kita berbuat baik, taat kepadanya dan jangan sampai kita durhaka dan menyakiti perasaannya.

Ibuku, ibumu, ibu kita semua
Bayangkan dia,
Hadirkan lah dia kembali ke dalam ingatan,
Pada setiap tarikan nafas kita.
Lalu, tanyakan pada diri sendiri,
Apakah kita sudah cukup mencintai ibu, sebagaimana dia mencintai kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun