Mohon tunggu...
AL FATAH HIDAYAT
AL FATAH HIDAYAT Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Magister Hukum Universitas Islam Indonesia

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pidana pada Anak di Bawah Umur: Isu dan Solusi

2 Februari 2023   01:49 Diperbarui: 2 Februari 2023   01:48 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Anak-anak dibawah umur yang terlibat dalam kegiatan kriminal merupakan masalah yang serius di seluruh dunia. Meskipun mereka masih belum dewasa, tindakan mereka dapat memiliki dampak yang sangat besar pada hidup mereka dan masyarakat. Oleh karena itu, sistem pidana harus menemukan cara untuk mengatasi masalah ini dan membantu anak-anak untuk memperbaiki perilaku mereka.

Sistem pidana anak di seluruh dunia berbeda-beda dan menghadapi berbagai tantangan. Beberapa sistem lebih menekankan pada rehabilitasi dan pengembangan perilaku positif, sementara sistem lain lebih fokus pada pengendalian dan hukuman. Bagaimanapun, penting untuk menemukan solusi yang efektif dan mengatasi masalah sejak dini, sebelum anak-anak terlibat dalam kegiatan kriminal yang lebih serius.

Pidana Anak di Indonesia

Di Indonesia, regulasi pidana anak dalam sistem hukum ditegakkan melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Perlindungan Anak (UU SPA). UU SPA memberikan pengaturan tentang perlindungan dan hak-hak anak yang terlibat dalam tindak pidana, termasuk hak mereka untuk mendapat perlakuan yang adil dalam proses hukum.

Berdasarkan UU SPA, anak didefinisikan sebagai individu di bawah umur 18 tahun. Anak yang terlibat dalam tindak pidana dianggap sebagai "anak yang bermasalah" dan harus mendapat perlindungan dan bantuan untuk memperbaiki perilaku mereka.

UU SPA juga memastikan bahwa anak-anak yang terlibat dalam tindak pidana harus diproses dalam sistem pidana anak yang berbeda dari sistem pidana dewasa. Sistem ini harus memastikan bahwa anak-anak memperoleh perlakuan yang adil dan hak-hak mereka dilindungi, dan harus menekankan pada rehabilitasi dan pengembangan perilaku positif.

UU SPA juga mengatur tentang pengadilan anak, yang harus memastikan bahwa hak-hak anak dilindungi dan bahwa mereka memperoleh perlakuan yang adil dalam proses hukum. Pengadilan anak juga harus memastikan bahwa putusan yang diberikan mempertimbangkan kepentingan dan kondisi khusus anak.

Sistem pidana anak di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan sumber daya dan kapasitas pengadilan anak, kurangnya bantuan hukum bagi anak-anak, dan masalah perlakuan buruk terhadap anak-anak dalam proses hukum. Namun, dengan memastikan bahwa regulasi pidana anak dilaksanakan dengan efektif, kita dapat membantu anak-anak untuk memperbaiki perilaku mereka dan memastikan bahwa hak-hak mereka dilindungi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejahatan Anak

Anak melakukan kejahatan karena beberapa alasan, termasuk:

  1. Latar belakang sosial dan lingkungan: Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak aman, kurang stabil, atau tidak memberikan dukungan dapat memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melakukan kejahatan.

  2. Masalah perilaku dan emosional: Anak yang memiliki masalah perilaku atau emosional, seperti ADHD, gangguan bicara, atau depresi, dapat memiliki lebih banyak masalah dan lebih mungkin untuk melakukan kejahatan.

  3. Akses terhadap senjata: Anak yang memiliki akses terhadap senjata dan alat-alat berbahaya dapat memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melakukan kejahatan dengan menggunakan alat tersebut.

  4. Perilaku dan pengaruh teman sebaya: Anak-anak sering mempengaruhi satu sama lain, dan jika mereka berkumpul dengan teman-teman yang melakukan tindak kejahatan, mereka juga mungkin ikut terlibat dalam kegiatan yang tidak baik.

  5. Masalah ekonomi dan sosial: Anak-anak yang hidup dalam kemiskinan dan kesulitan sosial dapat memiliki lebih banyak masalah dan lebih mungkin untuk melakukan kejahatan sebagai cara untuk mengatasi masalah mereka.

Penting untuk memahami bahwa setiap anak yang melakukan kejahatan memiliki masalah yang berbeda-beda dan memerlukan pendekatan yang berbeda untuk membantu mereka. Oleh karena itu, solusi untuk mengatasi kejahatan anak harus mempertimbangkan faktor-faktor ini dan memastikan bahwa anak-anak memiliki akses yang baik terhadap bantuan dan dukungan yang merekabutuhkan.

Indonesia memiliki tugas besar untuk membangun masa depan pidana anak yang lebih baik. Meskipun negara ini memiliki hukum yang melindungi hak-hak anak, sistem pidana masih memiliki banyak tantangan dalam memenuhi kebutuhan anak-anak yang terlibat dalam tindak kejahatan.

Solusi Bagi Masa Depan Pidana Terhadap Anak

Sistem pidana anak di masa depan harus lebih menekankan pada rehabilitasi dan reintegrasi sosial. Ini merupakan pendekatan yang lebih efektif dalam membantu anak-anak mengatasi masalah dan membangun masa depan yang lebih baik. Alternatif hukuman seperti program rehabilitasi dan kerja sosial perlu digunakan untuk membantu anak-anak dalam memulihkan hidup mereka.

Untuk mengatasi kejahatan anak, pendekatan yang diperlukan adalah holistik dan mempertimbangkan seluruh masalah yang dialami anak. Ini termasuk memastikan bahwa anak memiliki akses yang baik terhadap pendidikan dan pelatihan, membantu mereka untuk mengatasi masalah perilaku dan emosional, dan memberikan dukungan untuk membantu mereka mengatasi masalah ekonomi dan sosial.

Selain itu, memastikan bahwa anak-anak memiliki akses yang baik terhadap bantuan hukum serta peningkatan akses terhadap bantuan hukum perlu dilakukan. Ini penting untuk memastikan bahwa anak-anak memiliki perlindungan yang sesuai dan hak-hak mereka terpenuhi.

Pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa masalah pidana anak mendapat perhatian dan dukungan yang diperlukan. Pendidikan dan pelatihan bagi pekerja sosial dan pegawai pengadilan anak juga penting untuk memastikan bahwa mereka memahami hak-hak anak dan cara terbaik untuk membantu mereka.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, diharapkan masa depan pidana anak di Indonesia akan lebih baik dan bertanggung jawab. Anak-anak akan memiliki akses yang lebih baik terhadap bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan untuk membangun masa depan yang lebih baik. Negara ini harus memastikan bahwa setiap anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, tanpa terganggu oleh masalah pidana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun