Mohon tunggu...
Alfarizi Tubagus
Alfarizi Tubagus Mohon Tunggu... -

Hanya mencoba menulis dan ingin berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tari Bali Menyentak Kota Nantes di Perancis

26 September 2014   07:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:29 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka bukan saja ramah bahkan sangat toleran dan tahu makanan apa saja yang saya tidak boleh memakannya dan tidak pernah bertanya mengapa, kalau minuman memang selalu menyediakan anggur (wine) tapi mereka selalu bertanya apakah saya mau atau tidak sehingga paling-paling saya minum juice tapi pernah meminum apperitive yang tebuat dari buah-buahan difermentasi. Dari kesempatan makan siang bersama ini saya mengetahui makanan-makanan mereka yang lezat dan sesuai dengan citarasa saya diantaranya, Confit de canard yaitu Goreng Bebek,  Pot au Feu yaitu Sop Buntut ala Perancis, Foie gras yang biasa dimakan bersama roti sebagai makanan pembuka (entree) dan

sebagainya.

14116274371372831884
14116274371372831884
Sumber : Dokpri

Kebanyakan dari mereka jarang yang mengetahui secara detail tentang Indonesia dan yang paling mereka ketahui tentang Indonesia adalah negara dengan jumlah Gunung Berapi terbanyak di dunia sehingga mereka mengatakan takut pergi ke Indonesia karena takut dengan letusan gunung berapi tersebut, saya cuma tertawa saja mendengarnya karena walaupun memang banyak gunung berapi akan tetapi tidak bergiliran meletus saban hari. Tapi uniknya di kota Cholet ada sebuah toko yang bernama Indonesia dan bangga sekali saya melihatnya sehingga toko tersebut saya ambil gambarnya dengan istri dan anak lelaki saya sebagai modelnya.

1411626870397782503
1411626870397782503
Sumber : Dokpri

Dari kurang lebih 1 bulan keberadaan saya di Perancis waktu itu warga Perancis yang dapat berbahasa Inggris dengan baik yang saya temukan bisa dihitung dengan jari tangan entah karena mereka sangat mencintai dan bangga terhadap bahasanya atau karena alasan lainnya.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun