Analisis data dilakukan dengan mengidentifikasi tema-tema utama dari hasil wawancara dan mengaitkannya dengan konteks sosial-ekonomi serta budaya yang lebih luas. Hasil analisis kemudian disusun secara sistematis untuk memberikan gambaran tentang kondisi dan prospek industri tenun ikat Bandar Kidul.
PEMBAHASAN
Tenun ikat Bandar Kidul memiliki sejarah panjang yang dapat ditelusuri hingga tahun 1950-an. Meskipun awalnya tersebar di beberapa daerah di Kota Kediri, kini hanya tersisa di kelurahan Bandar Kidul. Usaha Medali Emas sendiri didirikan pada tahun 1989, meneruskan tradisi keluarga yang telah lama berkecimpung dalam industri tenun.
Proses produksi tenun ikat Bandar Kidul terdiri dari 11 tahapan yang rumit, mulai dari persiapan benang hingga proses tenun akhir. Kerumitan ini menjadi salah satu faktor yang membedakan tenun ikat Bandar Kidul dengan produk tekstil modern.Â
"Jadi, kami buat motif itu berinovasi baru secara terus-menerus, dan terkadang kalau tenun daerah lain sudah memiliki motif yang khas daerahnya. Kalau di sini kebanyakan kreasi sendiri, namun tetap ada unsur tirto, wajik, dan ceplok yang dikreasikan." Jelas Yisna, pemilik Medali Emas. Inovasi dalam desain motif menjadi strategi penting untuk memenuhi kebutuhan konsumen modern, terutama untuk seragam kantor yang menginginkan desain unik.
Tantangan utama yang dihadapi industri tenun ikat Bandar Kidul adalah persaingan harga dengan produk tekstil modern dan kurangnya pemahaman konsumen tentang nilai dan kualitas tenun ikat tradisional. Yisna menggambarkan kesulitan dalam meyakinkan konsumen, terutama dalam penjualan online di mana konsumen tidak dapat merasakan langsung tekstur dan kualitas kain.
Untuk menghadapi tantangan ini, berbagai upaya pelestarian dan inovasi telah dilakukan. Medali Emas telah memanfaatkan platform digital untuk memperluas pasar dan meningkatkan visibilitas produk mereka. Namun, pemanfaatan platform digital ini belum maksimal dan menjadi salah satu kendala utama dalam pengembangan industri tenun ikat tradisional ini.
Yisna mengakui bahwa mereka telah mencoba menggunakan beberapa platform digital dan e-commerce untuk mempromosikan produk mereka. Namun, penggunaan platform-platform tersebut belum optimal. Hal ini disebabkan oleh masih banyak pengrajin tenun ikat yang kurang memiliki keterampilan dalam menggunakan media sosial dan membuat konten inovatif.Â
Selain itu, pelaku usaha masih belum sepenuhnya memahami cara mengoptimalkan platform digital untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Oleh karena itu, masih diperlukan peningkatan keterampilan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang strategi pemasaran digital untuk memaksimalkan potensi platform-platform tersebut.