ABSTRACT
This study examines the sustainability and challenges of the ikat weaving industry in Bandar Kidul, Kediri City. Through interviews with Yisna, the owner of Medali Emas, which is one of the ikat weaving companies in Bandar Kidul, Kediri City. This study reveals the history, production process, and problems faced by ikat weaving craftsmen. The results show that despite facing the challenges of modernization, this industry continues to innovate and adapt. Preservation efforts involve the use of digital technology, participation in exhibitions, and education of the younger generation. However, the use of digital platforms has not been maximized, becoming one of the main obstacles. In conclusion, cooperation is needed between the government, craftsmen, and the community to preserve Bandar Kidul ikat weaving as a valuable cultural heritage.
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji keberlangsungan dan tantangan industri tenun ikat di Bandar Kidul, Kota Kediri. Melalui wawancara dengan Yisna pemilik usaha Medali Emas, yang merupakan salah satu perusahaan kain tenun ikat di Bandar Kidul, Kota Kediri. Penelitian ini mengungkap sejarah, proses produksi, serta problematika yang dihadapi pengrajin tenun ikat. Hasil menunjukkan bahwa meskipun menghadapi tantangan modernisasi, industri ini terus berinovasi dan beradaptasi. Upaya pelestarian melibatkan pemanfaatan teknologi digital, partisipasi dalam pameran, dan edukasi generasi muda. Namun, pemanfaatan platform digital belum maksimal, menjadi salah satu kendala utama. Kesimpulannya, diperlukan kerjasama antara pemerintah, pengrajin, dan masyarakat untuk melestarikan tenun ikat Bandar Kidul sebagai warisan budaya yang berharga.
PENDAHULUAN
Bandar Kidul merupakan kampung wisata kain tenun ikat di Kota Kediri, di mana terdapat beberapa warga yang mendirikan usaha kain tenun ikat. Salah satu pengusaha yang menjadi fokus penelitian ini adalah Medali Emas. Tenun ikat Bandar Kidul memiliki sejarah panjang yang dapat ditelusuri hingga tahun 1950-an. Meskipun awalnya tersebar di beberapa desa di Kota Kediri, kini hanya tersisa di desa Bandar Kidul.Â
Industri tenun ikat di Bandar Kidul mencapai masa kejayaan pada tahun 1950-an, namun mengalami pasang surut akibat berbagai faktor, termasuk pergolakan politik dan persaingan dengan produk tekstil modern. Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, keberlangsungan tenun ikat Bandar Kidul menghadapi berbagai tantangan, termasuk persaingan dengan produk tekstil modern, perubahan preferensi konsumen, dan adaptasi terhadap teknologi digital.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji problematika yang dihadapi industri tenun ikat Bandar Kidul, serta upaya-upaya yang dilakukan untuk melestarikannya. Dengan memahami tantangan dan peluang yang ada, diharapkan dapat ditemukan strategi yang efektif untuk mempertahankan dan mengembangkan warisan budaya ini di tengah era modern.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara. Wawancara dilakukan dengan Yisna, pemilik usaha Medali Emas di Bandar Kidul, Kota Kediri, yang merupakan generasi kedua pengelola usaha tenun ikat keluarga. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang telah disiapkan, namun tetap memberi ruang bagi narasumber untuk memberikan informasi tambahan yang relevan.
Topik-topik yang dibahas dalam wawancara meliputi sejarah tenun ikat di Bandar Kidul, proses produksi, motif khas, tantangan yang dihadapi, upaya pelestarian, serta harapan untuk masa depan industri ini. Wawancara dilakukan di lokasi usaha Medali Emas, memungkinkan observasi langsung terhadap proses produksi dan kondisi industri tenun ikat.