 Saat ini, kita berada pada era dimana perkembangan teknologi yang semakin pesat. Salah satu bentuk kemajuan teknologi adalah dengan ditemukannya teknologi Augmented Reality atau AR.  Teknologi Augmented Reality atau AR merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi informasi yang mampu menggabungkan objek maya dan objek nyata lalu diproyeksikan secara langsung dan seolah-olah terlihat nyata. Melalui teknologi ini, sebuah objek nyata baik berupa objek dua dimensi maupun tiga dimensi dapat divisualisasikan secara detail kepada para pengguna sehingga para pengguna dapat melihat secara langsung hasil dari visualisasi tersebut.
Teknologi AR ini sekilas tampak sama dengan salah satu teknologi informasi lainnya yaitu Virtual Reality atau VR, namun pada dasarnya kedua teknologi ini sangat berbeda. Pada teknologi Virtual  Reality atau VR, teknologi tersebut memiliki mekanisme kerja yaitu untuk mengubah objek nyata menjadi objek maya atau 3 dimensi sepenuhnya sehingga pengguna dapat merasakan sensasi seperti berada pada lingkungan baru yang diciptakan oleh teknologi VR tersebut . Sedangkan pada teknologi AR hanya  bertujuan agar  pengguna  dapat melihat visualisasi objek secara 3 dimensi yang ditambahkan pada objek nyata. Perkembangan teknologi Augmented Reality ini telah memberikan banyak kontribusi ke dalam berbagai bidang, salah satunya adalah dalam bidang pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, seringkali siswa merasa bosan dengan metode pembelajaran yang diterapkan selama di sekolah. Siswa merasa mendapat materi dengan cara penyampaian yang cenderung monoton. Selain itu, beberapa pelajaran yang mengharuskan kegiatan praktikum membutuhkan biaya yang tidak murah dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, dibutuhkan peran teknologi untuk dapat membuat cara alternatif supaya siswa tidak merasa bosan saat pembelajaran berlangsung dan menghemat pengeluaran.Â
Augmented Reality dapat menggambarkan dalam bentuk animasi seperti keadaan nyata. Hal ini tentunya akan bermanfaat apabila dipergunakan kepada para peserta didik sebagai media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan sebuah alat perantara antara pendidik dengan peserta didik dalam pembelajaran yang mampu menghubungkan, memberi informasi, dan menyalurkan pesan sehingga tercipta proses pembelajaran efektif dan efisien. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika penggunaan Augmented Reality diterapkan sebagai media pembelajaran.
Beberapa manfaat dari teknologi Augmented Reality atau AR dalam bidang pendidikan diantaranya yaitu :
1. Teknologi AR sebagai media pembelajaran dalam bidang geografi
Dalam pelajaran geografi, tentunya siswa mempelajari tentang bumi beserta segala sesuatu yang terjadi atau peristiwa yang ada diatasnya seperti seluruh aktifitas manusia, flora, fauna, dan iklim yang terjadi. Dalam mempelajari ilmu geografi ini, tentunya siswa membutuhkan adanya sebuah inovasi baru agar cenderung tidak bosan dan monoton. Teknologi AR dapat membantu melakukan visualisasi dari materi tersebut agar pembelajaran lebih menarik. Beberapa contoh dari penerapan AR dalam bidang ini adalah AR litosfer, AR Bola dunia, AR flora, AR fauna, dan masih banyak lagi.
AR litosfer adalah pemanfaatan teknologi Augmented Reality dalam  memvisualisasikan lapisan batuan yang membentuk kulit bumi sehingga dapat membantu mempermudah proses pembelajaran. Selain itu juga terdapat AR bola dunia yaitu pemanfaatan teknologi Augmented Reality dalam memvisualisasikan berbagai tempat di berbagai negara melalui proses pemindaian di bola dunia. Sedangkan AR flora adalah pemanfaatan teknologi Augmented Reality dalam memvisualisasikan berbagai jenis tumbuhan, serta AR fauna yaitu untuk memvisualisasikan berbagai jenis hewan. Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi augmented reality sangat berperan dalam bidang geografi.
2. Teknologi AR sebagai media pembelajaran dalam bidang Geometri
Tidak hanya dalam bidang geografi saja, teknologi AR juga dapat membantu pembelajaran siswa dalam bidang geometri. Geometri adalah salah satu cabang dari ilmu matematika yang mempelajari tentang garis, ruang, dan volume. Beberapa siswa merasa kesulitan dalam membayangkan tentang ruang dan volume dalam bidang keilmuan ini dikarenakan siswa harus bisa membayangkannya secara tiga dimensi. Berdasarkan hal tersebut, beberapa siswa akhirnya merasa malas dengan geometri.
