Mohon tunggu...
Achmad faizal
Achmad faizal Mohon Tunggu... -

Sosiologi Universitas Hasanuddin. Dapat berkorespondensi melalui achmadfaizalxxx@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menengok Kokohnya Tradisi Keilmuan Prancis

20 Januari 2018   09:37 Diperbarui: 20 Januari 2018   09:56 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : www.sorbonne-universite.fr

Dibalik keunikan kampus ini, juga menyimpan plus dan minusnya. Plusnya adalah secara kultural, seluruh pengajar lebih mudah menyemai gagasan - gagasannya dan menarik pengaruh politis khalayak umum, sementara minusnya adalah secara akademik, para pengajar kurang begitu memiliki pengaruh atau otoritas di bidangnya. Misalnya kasus yang dialami oleh Foucault, ia melepas jabatan mengajarnya di universitas dan menjadi pengajar College de France,dampaknya ia bisa rasakan langsung dimana pengaruh kulturalnya (gagasan, karyanya) luar biasa besar hingga merambah berbagai negara Eropa, namun pada tataran akademisi Prancis, ia tidak begitu diperhitungkan. Begitupun dengan apa yang dialami oleh Bergson, dimana pada ranah akademik ia kurang begitu berpengaruh dibanding Emile Durkheim misalnya.

Sistem Pendidikan Tinggi Prancis

Selanjutnya kita mengurai bagaimana sistem pendidikan yang diterapkan di Prancis khususnya pendidikan di tingkat menengah - di Prancis disebut Lycee.[5] Sekolah inilah yang akan menjadi fase awal dan sangat menentukan, sebelum memasuki sebuah universitas. Pertama - tama, setiap pelajar/siswa yang hendak melanjutkan studinya ke perguruan tinggi, ia harus menyelesaikan ujian baccalauret.Setelah lulus ujian tersebut, ia  mesti mengikuti kelas persiapan di Lycee -nya selama dua tahun (tahun pertama disebut hypokhagne,tahun kedua disebut khagne). Selama mengikuti kelas persiapan ini, siswa akan dibimbing oleh instruktur yang setaraf S-2 dan pada momen ini juga menjadi fase penentuan arah pemikiran siswa kedepannya. Setelah selesai kelas persiapan ini, barulah kemudian calon mahasiswa mengikuti ujian masuk universitas.

Durasi waktu kuliah berkisar dua sampai tiga tahun dengan gelar yang akan diperoleh berupa diploma rendah (Diplome d'Etudes Universitaires Generales) yang setara dengan S-1. Untuk meraih gelar diploma tinggi (Diplome d'etudes superieures) atau maitrise, maka mahasiswa mesti menyelesaikan tesis yang ditempuh selama dua tahun.  Apabila mau menjadi pengajar, maka ia harus mengikuti ujian agregation yang terdiri dari dua jenis ujian ; ujian tertulis berupa filsafat dan sejarah filsafat, sementara untuk ujian lisan juga terbagi dua yaitu pertama, pemaparan tiga teks filsafat sepanjang 30 menit, yang kedua, pemaparan kritis tentang sebuah topik yang telah ditentukan sebelumnya dengan diberi waktu persiapan selama 6 jam beserta akses kepustakaan di Sorbonne.

Untuk membayangkan tingkat kesulitannya, mengutip catatatn Alan Schrift (2006) yang menyebutkan bahwa pada tahun 1913, dari 66 peserta yang mendaftar ujian, hanya 17 orang yang lulus ujian tertulis dan hanya 7 orang yang lulus hingga selesai dan dinyatakan layak mengajar di sekolah menengah. Untuk membantu para peserta ujian melewati ujian agregationini, maka dibuatkan sistem pendampingan atau yang disebut agrege- repetiteuratau caimanyang berperan mendampingi para peserta mempersiapkan ujian ; seperti kiat - kiat membaca dan menginterpretasikan teks - teks filsafat secara kreatif dan seterusnya. 

Sebagai catatan tambahan, Foucault misalnya pernah menjadi instruktur Derrida, sementara Foucault dibimbing oleh Althusser. Setelah beberapa waktu mengajar baik di tingkat Lyceemaupun universitas, maka sebagai tahapan akhir pendidikan, mesti menyelesaikan tesis primer dan tesis sekunder (these principale et these secondaire ou complementaire) yang akan berujung pada penganugerahan gelar Doctorat d'Etat.

Nafas Panjang intelektualisme Prancis

Setelah membaca secara sekilas betapa solidnya bangunan formal (struktural) intelektualitas masyarakat Prancis, maka selanjutnya kita mengintip bagaimana bangunan informal (kultural) inteleketualitasnya dibentuk. Seperti diketahui bahwa selain kampus, berbagai tempat di luar kampus juga dijadikan sarana transmisi pengetahuan seperti caf (coffee house)maupun dari rumah ke rumah.

Demi menjaga nafas intelektual mereka tetap hidup, maka dibentuklah berbagai wadah atau kelompok diskusi. Misalnya kelompok kajian surrealisme anti fasis yang digagas oleh George Bataille bersama Andre Breton pada tahun 1935. Selain itu, ada pula lingkaran Tel Quel yang sangat terkenal pada tahun 1960-an dimana didalamnya hadir berbagai pemikir seperti Derrida, Kristeva, Foucault, dan Barthes. Begitupun juga dengan penentuan lokasi kajian yang jauh dari atmosfir akademik yang baku dan kaku. Misalnya, rumah Gabriel Marcel yang sering dijadikan sebagai tempat kajian malam (soire) di antara berbagai filsuf dengan beragam alirannya (mulai Neo-Thomisme seperti Jacques Maritain hingga atheisme seperti Bapak Sartre). Selain itu, tak jarang coffe house dijadikan tempat kajian seperti caf Montpranasse dimana Sarte bertemu dengan aliran fenomenologinya yang dipantik oleh Raymond Aron (Martin, 2011).

Maka sebagai catatan akhir, kiranya kira dapat mengatakan bahwa untuk membangun tradisi intelektual yang mapan layaknya intelektualisme Prancis diperlukan dua perangkat -- formal dan informal -- yang solid dan saling mendukung. Mewujudkan kampus standar kelas dunia tanpa ditopang oleh pembangunan kualitas sumber daya manusianya (mahasiwa dan terutama dosennya) adalah perkara sia - sia, begitupun sebaliknya, membangun sumber daya manusianya tanpa didukung oleh perangkat infrastruktur yang memadai adalah harapan yang setengah - setengah.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun