Saya masih menaruh harapan yang besar terhadap institusi keluarga sebagai penyelamat nasib bangsa yang kini dirundung beragam masalah. Keluarga sebagai unit terkecil dari sebuah tatanan masyarakat menjadi benteng terakhir bagi individu dalam mewariskan nilai dan cita -citanya.Â
Oleh karena itu, untuk melahirkan generasi yang inklusif, kritis dan progresif maka setidaknya dimulai dari membangun bahtera rumah tangga yang progresif pula. Dan untuk mewujudkannya, tentu dimulai dari memilih pasangan (wanita) yang progresif pula.
Saya justru membayangkan jika kelak ada orang tua calon yang menjadikan standar mahar pernikahan bukan hanya seperangkat alat sholat, emas dan uang panai' semata tetapi si calon juga harus menempuh mekanisme screening. Misalnya screening mengenai isi Das Kapital-nya Marx, atau Sapiens -- nya Yuval Noah Harari, atau Falsafatuna-nya Baqir al Sadr. Juga bisa melalui persembahan karya tulis berupa Jurnal terindex scopus atau sebuah buku seperti apa yang dilakukan oleh bung Hatta dulu. Tentunya pra-syarat ini jauh lebih visioner. Bukan ? Â Â
*Gampanna berteori dih ? hahaha Â