Mohon tunggu...
Hajar Alfarisy
Hajar Alfarisy Mohon Tunggu... Petani - Menulis mengabadikan masa depan

Berjalan dalam kadar mengingat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nainawa, Kopi, dan Shalat

31 Mei 2016   14:53 Diperbarui: 31 Mei 2016   14:58 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kopiku hampir habis”, ucap lelaki tua sambil tersenyum.

" Ketahuilah Nainawa, Aku mencicipi kopi ini begitu lama karena aku merasakan kenikmatan kopi ini, aku terbiasa dengan hal - hal seperti ini, menikmati hal yang aku sukai, sebab jarang aku menikmati kopi seperti racikan ibumu ini, aku ini tamu dan yang kau berikan adalah kopi untuk menjamuku”.

'Nainawa nampak jengkel,"ini bukan jawaban yang aku inginkan, orang ini tak mengerti maksudku'. Pikir Nainawa

Malam telah menggelap, rerintik hujan kadang terhempas angin, menambah kepekaan jiwa sebagai tempat peristirahatan sempurna. Lelaki tua itu, masih meminum kopi yang disediakan Nainawa sampai habis.

Kepalanya tertunduk seperti mengantuk, lalu ia mengangkat kepalanya pelan, sambil menghela nafas dalam - dalam .Lelaki tua itu mulai berbicara "Nainawa, aku menikmati kopimu karena aku mengenal rasanya yang begitu nikmat, aku adalah tamu dan aku hanya sekali ini mencicipi kopi seperti ini, dan sebagai tamu aku berterima kasih dengan menikmati kopi ini"

Nainawa menggeleng kepala sepertinya orang ini gila pikir nainawa. 'Baiknya orang ini aku minta untuk pergi saja'

Belum sempat Nainawa membuka mulutnya, mengungkapkan kejengkelannya, lelaki tua itu melanjutkan perkataannya,

“Nainawa, ibumu tadi mengatakan engkau sedang shalat, ketahuilah shalat adalah tempat bersama-Nya, jika engkau mengerti tentang nikmatnya bersama-Nya engkau akan memilih kebersamaan yang lama itu, seperti aku yang mencicipi kopi ini sampai habis, aku melakukannya karena mungkin aku tak akan mengulang waktu seperti ini, begitu juga dengan Shalat itu, sebagai tamu-Nya nikmatilah apa yang diberikannya. Hidup kita ini soal memastikan begunanya hal hal yang mungkin. " Ucap lelaki tua

" Nainawa, lihatlah bagaimana burung dalam sangkar yang mau pergi lepas, seperti itu juga orang tak menikmati apa yang ia alami, begitu pula tentang shalat itu, seperti juga seseorang yang meminum kopi, ketika pahit ia ingin segera mengakhiri tegukannya", Lanjutnya.

Rerintik hujan berhenti. Nainawa membatin. “ Betapa aku tak mengerti tentang hal hal ini sebelumnya, lelaki tua ini hanya datang dengan permisalan penikmat kopi dan pelaku shalat, hal yang membuatku tak berdaya untuk tidak menerima hal hal seperti ini” bisik hatinya.

“Aku hendak pamit” ucap lelaki tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun