Mohon tunggu...
Abdurrahman Al Farid
Abdurrahman Al Farid Mohon Tunggu... -

Study in Turkey, Pecinta Bulu Tangkis Indonesia, Photografer, Traveller, Penulis lepas. http://catatanalfarid.blogspot.com./

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Resensi Novel Ayat-ayat Cinta 2, tentang Cinta dan Perjuangan Membumikan Islam

18 Maret 2016   04:33 Diperbarui: 1 April 2017   08:42 5788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang tentunya tak pernah luput adalah, novel ini bukan hanya sekadar karya sastra, namun merupakan media dakwah Kang Abik untuk para pembacanya. Maka banyak sekali kita temui nasehat dan dakwah Islam di novel-novel beliau. Dan untuk Ayat-Ayat Cinta 2 ini, saya menemukan beberapa permasalahan Islam kontemporer khususnya fikih yang diulas oleh Kang Abik. Yaitu ; Sikap ketika imam salah bacaan shalat (hal. 43), menjawab salam kepada non muslim (hal. 55), Perselisihan hari raya (143), Muslim yang menjual  khamer di negara barat (hal. 166), Muslim miskin yang meminta-minta (hal. 174), Merebaknya perzinaan (hal. 212), Shalat jama’ ketika di perjalanan (hal. 335), Transpalantasi organ tubuh (hal. 664), dan yang paling bagus adalah sindiran untuk kemunduran umat Islam masa kini (hal. 385-390). Berikut kutipannya :

“Al Islamu mahjuubun bil muslimin. Islam tertutup oleh umat Islam. Cahaya keindahan Islam tertutupi oleh perilaku buruk umat Islam. Dan perilaku-perilaku itu sama sekali tidak mencerminkan ajaran Islam. Tidak juga bagian dari ajaran Islam. Akan tetapi karena mulut mereka setiap saat mengaku bahwa mereka adalah umat Islam, maka wajar jika banyak yang menganggap seperti itulah ajaran Islam. Padahal itu bukan ajaran Islam.”

“Akibatnya, jika yang dilihat adalah perilaku sebagian umat Islam yang tak terpuji itu, dan itu yang dijadikan timbangan, maka orang bisa antipati kepada Islam. Tak ayal, cahaya keindahan Islam tertutupi. Tragisnya yang menutupi cahaya itu justru perilaku pemeluknya yang tidak Islami.” (hal. 388-389)

Dan di novel ini Kang Abik melalui Fahri meminta maaf secara bijaksana dengan kondisi umat Islam masa kini, perlu diapresiasi.

“Maafkan saya dan juga umat Islam di seluruh dunia ini, karena kesalahan kami yang belum selaras dengan Islam, maka peradapan umat Islam modern ini sama sekali tidak bisa dibanggakan. Karena akhlak kami yang mungkin masih jauh dari yang diidealkan oleh tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah, maka keindahan Islam jadi kabur. Kami bukannya membuat orang seperti Anda bersimpati, justru sebaliknya kami membuat ribuan bahkan jutaan orang seperti Anda mengeryitkan dahi ketika mendengar nama Islam. Orang seperti Anda menjadi tidak tertarik memeluk Islam bukan karena ajaran Islamnya yang tidak menarik, tapi karena perilaku kami yang tidak menarik. Maaflkan kami, Prof, kami telah secara tidak sengaja menjadi penghalang cahaya indah itu.” (hal. 390)

 

7.    Nasihat jiwa

Selain banyak sekali materi dakwah Islam, novel ini juga sarat akan nasihat dan petuah-petuah Islam yang sangat pas untuk penyucian jiwa. Banyak sekali nukilan dari nasihat ulama yang dipaparkan dalam novel ini. Dengan begitu memang sangat pas menyematkan tagline judul “sebuah novel pembangun jiwa” untuk novel Kang Abik ini.

“Ketauhilah, himmah adalah wadah taufik. Kendarailah kuda himmah, niscaya kamu akan mencapai puncak cita-citamu. Mintalah pertolongan Allah dalam setiap langkahmu, maju maupun mundur, niscaya tidak akan sia-sia jerih payah payahmu dan akan tercapai cita-citamu. Lazimkan sikap shidiq dan ikhlas, karena keduanya harus dimiliki oleh orang-orang yang memiliki keberhasilan dan keuntungan dalam perdagangan.” (hal. 27)

“JANGAN MENIPU ALLAH !”. “Kau mengerjakan amal yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya namun kau menginginkan selain Allah. Takutlah dari riya’ ! Sesungguhnya riya’ adalah syirik kecil. Dan sesungguhnya orang yang riya’ akan dipanggil di hari kiamat di hadapan para makhluk dengan empat nama : “Hai orang yang riya’! Hai orang yang mengkhianati janji! Hai orang yang larut dalam kemaksiatan! Hai orang yang merugi! Telah rusak amalmu dan hilang pahalamu. Tidak ada pahala kamu di sisi Kami. Pergilah lalu ambillah upahmu dari orang yang kau beramal karena dia, hai penipu!” (hal 141)

“Masuklah menjadi bagian dari orang-orang yang berjalan kembali menuju Allah, segera! Jangan menunggu hingga jalan itu tidak dapat dilalui, atau tidak ada lagi orang yang memberi petunjuk ke jalan itu. Tujuan itu datang ke bumi yang sempit dan pasti musnah ini bukan sekadar untuk makan, minum, bersetubuh, atau berfoya-foya semata. Perilaku seperti itu bukan yang dikehendaki oleh Allah dan diajarkan oleh Nabi-Nya yang paling mulia, Muhammad Saw.!” (hal. 146)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun