“Seandainya kita tidak mengenal Allah, lantas bagaimana kita dapat menyembah-Nya, memuji-Nya, dan meminta pertolongan kepada-Nya?” (hal. 147)
8. Beragam Bahasa
Yang tak ketinggalan juga, bahwa Kang Abik selalu menampilkan bahasa-bahasa asing dalam novelnya. Ketika di Ayat-ayat Cinta 1, Kang Abik menampilkan bahasa arab khas Mesir, bahasa Jerman dan Inggris. Kalau di Ayat-Ayat Cinta 2 Kang Abik lebih banyak menampilkan percakapan bahasa Turki dibandingkan bahasa inggris. Yaitu melalui percakapan antara Fahri dengan Paman Hulusi dan Fahri dengan Hulya.
9. Plot yang meliuk-liuk
Ayat-Ayat Cinta 2 ini menggunakan plot maju dan tetap menampilkan 4 hal wajib dalam penguraian plot sesuai menurut Kenny dalam bukunya How to Analyze Fiction, yaitu ; plausibilitas (plausibility), unsur rasa ingin tahu (suspense), kejutan (surprise) dan kesatupaduan (unity).
Untuk Plausibilatas, kebanyakan cerita dan plot bisa dipercaya oleh pembaca. Walaupun cerita ketika Baruch menyerang Sabina dan seperti ada faktor x yang membuat Sabina bisa selamat. Namun itu tidak terlalu membuat rancu dan mengurangi nilai plausabilitasnya.
Kalau untuk suspense, Kang Abik selalu membuat rasa penasaran yang tinggi. Apalagi ketika memasuki akhir cerita. Walaupun ada yang dari awal sangat membuat penasaran pembaca yaitu siapakah sabina sebenarnya ?
Dengan adanya suspense, maka melengkapi surprise yang dihasilkan. Pembaca seperti diajak kaget ketika memasuki bab akhir di novel ini. Itulah yang membuat saya juga sangat gregetan ketika membaca bab akhir di novel ini. Apalagi dengan akhir cerita yang begitu mengejutkan, semuanya seperti tak bisa ditebak.
Untuk unsur unity, disinilah Kang Abik benar-benar bisa meramu dari awal cerita, konlik dan penyelesaiannya. Walaupun menurut saya cerita yang beralur maju seperti ini terkesan simpel dan membosankan. Namun, dengan adanya suspense yang begitu kentara maka novel ini tak pernah jenuh dibaca.