Mohon tunggu...
Alfa Riansyahh
Alfa Riansyahh Mohon Tunggu... Lainnya - Mr Random Word's

Hola! Bye.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan yang Panjang

22 Juli 2024   18:01 Diperbarui: 22 Juli 2024   18:25 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jika Aku tidak bisa mendapatkan hatinya, maka tidak boleh ada seorang pun yang mendapatkannya." 

Sosok berjubah itu mengangguk, paham. Kemudian menatap Sang Penyair sangat dalam. 

"Namun, apakah itu salahnya?" 

"Apakah tidak mencintai orang yang mencintai kita adalah dosa yang besar?" 

"Begitukah menurutmu?" 

Sang Penyair tertegun, hatinya bagai dihantam sebuah batu besar. 

"Kau tidak akan bisa menjawab pertanyaan itu. Hal paling berbahaya di dunia ini bukanlah senjata tercanggih, bencana paling dahsyat bukanlah tsunami, gempa bumi, melainkan sebuah perasaan cinta yang berubah menjadi benci." 

"Mencintai seseorang dengan kuat hanya akan melahirkan kebencian yang kekal, karena cinta tidak pernah adil. Tidak akan pernah." 

Sosok berjubah biru itu menghirup bunga mawar yang Ia genggam, sesaat kemudian mawar itu mulai layu dan menghitam. Sosok berjubah itu menghampiri Sang Penyair yang mematung di depannya, kemudian menyerahkan sekuntum mawar yang sudah layu itu ke tangan Sang Penyair. 

Situasi di luar semakin tak terkendali, air laut mulai menyurut jauh ke tengah, untuk sesaat kemudian naik kembali menjadi tsunami yang menghantam daratan. Hujan sudah bergemuruh sedari tadi, diiringi instrumen petir yang menyambar sana-sini. Bumi terguncang, meluluhlantakkan semua yang ada di atasnya. Kitab lawas sakral itu sudah bekerja, memenuhi permintaan Sang Penyair. Memberi sebuah hujan yang panjang, hujan yang akan dikenang di sisa hidup manusia sebagai sebuah kisah kelam. Bagaimana cinta bisa berubah dari kebahagiaan menjadi kebencian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun