Mohon tunggu...
Alfarabi ShidqiAhmadi
Alfarabi ShidqiAhmadi Mohon Tunggu... Guru - ibnu hamid

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan angkatan 2016

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Beda Quick Count, Beda Updating Penambahan Data Pasien Covid-19

19 Maret 2020   14:20 Diperbarui: 19 Maret 2020   15:07 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, saat meninggal pun dia masih berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Setelah meninggal baru lah dia bisa dinyatakan positif terinfeksi Corona. Padahal, menurut beberapa sumber yang saya baca, gejala yang dirasakan oleh orang yang terinfeksi Corona pada 3 – 4 hari pertama hanya seperti orang masuk angin. Itu artinya, si pasien terjangkit baru bisa dicurigai itu setelah 4 hari terinfeksi. 

Itu pun masih melalui proses yang panjang. Dan itu pun kalau si pasien memiliki kesadaran untuk memeriksakan dirinya ke Rumah Sakit Rujukan. Belum lagi, baru-baru ini ada informasi mengatakan bahwa salah satu Rumah Sakit di Surabaya memasang tarif yang tidak murah untuk sekedar melakukan cek virus Covid-19. Bahkan ada pilihan paket-paketnya, sudah seperti pedagang kuota internet lah ya.

Singkatnya saya mau bilang begini sebagai simulasi saja, “anda terinfeksi Corona? Anda harus menunggu 3 – 4 hari, tepatnya menunggu gejala-gejalan fisik itu muncul, setelah itu siapkan anda harus pergi ke rumah sakit rujukan, kalau gratis yang Alhamdulillah, kalau disuruh bayar, ya gak papa lah cari pinjaman dulu, demi kesehatan diri anda. Setelah itu mohon bersabar, karena specimen anda masih harus dikirim ke pusat, yaitu Jakarta, sambil berdoa mudah-mudahan sang ‘kurir’ tidak terjebak macet di perjalanan.

Setelah specimen sampai di Jakarta, anda masih harus sedikit bersabar, karena peralatannya terbatas, jadi harus antri, menurut sumber yang say abaca sih sekitar 4 – 5 hari masa tunggunya. Nah selama masa penantian ini, anda belum diperlakukan layaknya pasien positif Corona, meskipun anda sebenarnya memang terjangkit, karena belum ada bukti.”

Saya bukan berniat menebar kepanikan, seperti yang saya katakana di awal, bahwa pembaca harus mencerna artikel ini dengan kepala dingin. Maksud dari simulasi itu agar pemerintah bisa lebih serius lagi dalam mendeteksi dini penyebaran virus ini. 

Di Vietnam, ketika ada beberapa orang di salah satu kota terjangkit Covid-19, pemerintah langsung menutup akses keluar-masuk kota tersebut sambil dilakukan tes untu seluruh penduduk kota itu, tanpa terkecuali, tapi dengan catatan pemerintahnya siap menanggung kebutuhan pokok tiap-tiap warga yang terisolasi. Akhirnya Vietnam terbukti mampu meredam penyebaran virus secara cepat.

Sedikit solusi dari penulis (dengan segala keterbatasan), sudah saatnya pemerintah memilih antara dua strategi, setidaknya pilih salah satunya saja. Yaitu antara Lockdown Indonesia dengan segala konsekuensinya, atau lakukan tes secara menyeluruh, tanpa terkecuali. Data diri tiap-tiap warga hamper seluruhnya usdah ada di database kementrian dalam negeri. Data tersebut kemudian bisa diklasifikasikan berdasarkan tempat tinggal. Kembali saya beri sedikit simulasi jika pemerintah memilih strategi ke-dua.

Tentu sebelum perang dimulai, amunisi harus mencukupi, dalam hal ini adalah alat cek kesehatan untuk pendeteksi virus Covid-19. Pada pelaksanaannya mula-mula lakukan pendataan secara menyeluruh, setelah itu siapkan fasilitas kesehatan mungkin di setiap kelurahan ada 3 - 4 faskes, kurang lebih tak jauh berbeda seperti system TPS (Tempat Pemungutan Suara) dalam pemilu. 

Setelah itu hitung kalkulasinya, kira-kira tiap-tiap fasilitas kesehatan mampu menangani berapa penduduk untuk tes ini. Misalkan tiap-tiap faskes bisa menangani 200 orang dalam sehari, sementara jumlah penduduk dlam satu kecamatan ada 1000 jiwa. Berarti beri waktu kisaran 3 - 4 hari untuk tes ini, setiap penduduk punya jadwal tes yang telah disesuaikan untuk menghindari kepadatan di fasilitas kesehatan. 

Nah, selama masa tes ini, liburkan semua aktivitas, selain pelayanan public yang sifatnya primer, seperti Listrik, telekomunikasi, air dan semisalnya, bisa dibilang semi-lockdown. Saya kira dalam waktu 7 hari saja, pemerintah bisa merilis siapa saja yang positif terinfeksi, sehingga masing-masing si terjangkit bisa dijemput ke rumah masing-masing untuk diisolasi dan diberi perawatan khusus. setelah semua terungkap, aktivitas bisa dipulihkan kembali seperti semula.     

Strategi tersebut paling memungkinkan paling memungkinkan untuk diambil, karena lockdown cukup membahayakan perekonomian Negara. Tentu kita semua bisa memahami bahwa ada niat baik pemerintah menghindari Lockdown, karena kita semua tidak ingin terbebas dari Corona tapi malah masuk ke jurang krisis perekonomian. Itu sama seperti berusaha keluar dari satu jurang untuk lari ke jurang yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun