Mohon tunggu...
Alfarabi ShidqiAhmadi
Alfarabi ShidqiAhmadi Mohon Tunggu... Guru - ibnu hamid

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan angkatan 2016

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Beda Quick Count, Beda Updating Penambahan Data Pasien Covid-19

19 Maret 2020   14:20 Diperbarui: 19 Maret 2020   15:07 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan main memang, bagaimana makhluk berukjuran nanometer mampu melumpuhkan dunia dalam sekejap. Pertama-tama, saya harap para pembaca bisa memahami judul yang penulis angkat dengan kepala dingin. Penulis akan mencoba memaparkan artikel ini secara sederhana, tidak perlu panjang lebar. Selain agar memudahkan pembaca dalam mencerna, juga agar tidak terkesan menebar kepanikan di situasi yang dibilang darurat nasional ini.

Awal bulan maret ini, presiden secara langsung mengumumkan dua kasus positif pertama di Indonesia. Sepertinya, pemerintah ingin menjelaskan pada public, bahwa kasus ini sudah terkendali. Dengan percaya diri, pemerintah masih tidak terlalu membatasi pergerakan rakyatnya. Tak berselang lama, kasus positif Corona bertambah secara perlahan tapi pasti. 

Pemerintah melalui kementrian Kesehatan berusaha menenangkan public dengan mengatakan bahwa kasus lanjutan ini adalah hasil penularan dari 2 kasus pertama, karena adanya kontak fisik dengan dua orang tersebut. Kemudian ada penambahan kaus lagi, pemerintah masih berusaha menenangkan situasi dengan berkata bahwa ini kasus impor (imported cases). 

Saya secara pribadi masih menaruh harapan penuh pada pemerintah, dan saya percaya bahwa wabah ini benar-benar terkendali. Tapi apa yang saya yakini rupanya tidak terlalu benar, beberapa hari kemudian, masih di bulan yang sama. Pemerintah kembali mengumumkan penambahan kasus dan kali ini, penambahan jumlahnya cukup signifikan.

Pemerintah pusat selaku komando mulai terlihat gagap dalam mengambil kebijakan penting untuk mengendalikan penyebaran wabah ini. Terbukti dengan tidak adanya tindakan nyata yang mampu benar-benar menghambat kasus ini. Okelah, pemerintah menerapkan Social Distance dengan slogan “bekerja dari rumah, belajar (sekolah) dari rumah dan ibadah di rumah”. 

Tapi apakah kebijakan ini efektif, sepertinya tidak. Mengapa? Anak-anak sekolah yang diliburkan memang tidak berkumpul di sekolah, tapi mereka memanfaatkan waktu luangnya untuk ke tempat-tempat hiburan, seperti warnet, rental PS dan lain semacamnya. Mereka tidak salah, toh mereka kan hanya dilarang dating ke sekolah, benar?

Untuk para pekerja, ya okelah bagi mereka yang bergaji tetap, seperti PNS, pejabat BUMN, pejabat pemerintahan bisa bekerja dari rumah karena bagaimanapun gaji tetap bisa diterima (terjamin). Lah apakabar dengan karyawan (buruh) pabrik? Penajaga toko retail? Pedagang-pedagang usaha kecil menengah? Mereka mau bekerja dari rumah? Lalu siiapa yang menjamin biaya hidup mereka? Jawabannya, “tidak ada”.

kembali ke makna judul artikel ini, mengapa harus disamakan dengan Quick Qount? Anda tentu masih ingat bagaimana detik-detik penantian penambahan persentase suara yang dikumpulkan oleh lembaga survey dan disampaikan melalui stasiun televisi. 

Setiap waktu persentase itu akan naik, mungkin bagi anda yang sedang mendukung salah satu calon atau partai, setiap saat anda akan mencoba mellihat update hasil quick count yang terus berubah-ubah sembari bertambahnya persentase suara terkumpul. Selama suara terkumpul belum mencapai 100% masih ada kemungkinan suara itu berubah-ubah. Suaranya sudah ada semua, hanya saja masih menunggu proses pengumpulan dan perhitungan.

Nah, sampai saat ini kementrian kesehatan sudah hampir sama seperti lembaga survey dalam hal menyampaikan update penambahan kasus positif warga terinfeksi Covid-19. 

Mengapa? Karena saya meyakini bahwa sebenarnya mereka yang terjangkit itu sudah banyak, mungkin lebih banyak dari yang sudah diungkap ke publik. Sebagai bukti, kasus pertama di daerah saya, yaitu di Malang ada dua orang dinyatakan positif corona. Namun sangat disayangkan, salah satu dari keduanya meninggal dunia, sebelum hasil uji laboraturium itu selesai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun