Mohon tunggu...
Muhammad Fathoni Al Fadh
Muhammad Fathoni Al Fadh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ocean Engineering Student ITS

A highly motivated student at Ocean Engineering in Institute Technology Sepuluh Nopember (ITS). Interested in oil and gas sector especially offshore platform, pipeline structure, and robotics technology. Experienced in scientific research, negotiation decision, and managing people.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kondisi Kualitas Garam di Indonesia yang Telah Terkontaminasi oleh Mikroplastik

8 Desember 2024   16:33 Diperbarui: 8 Desember 2024   16:34 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, dampaknya terhadap lingkungan memiliki efek berantai yang pada akhirnya kembali memengaruhi kesehatan manusia. Mikroplastik yang mencemari laut dapat tertelan oleh biota laut seperti ikan, kerang, dan plankton, yang menjadi bagian dari rantai makanan manusia. Hal ini menciptakan siklus berbahaya di mana mikroplastik terus masuk ke tubuh manusia melalui konsumsi makanan laut. Selain itu, pencemaran tanah dan air oleh mikroplastik berdampak pada penurunan kualitas sumber daya alam, yang memengaruhi produktivitas pertanian dan ketersediaan air bersih. Dengan kata lain, dampak mikroplastik tidak hanya terisolasi pada individu yang terpapar langsung, tetapi juga memengaruhi ekosistem dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Upaya Mengatasi Kontaminasi

Salah satu langkah utama dalam upaya mengatasi kontaminasi mikroplastik adalah memperkuat regulasi dan kebijakan pemerintah terkait pengelolaan limbah plastik serta standar produksi garam. Pemerintah dapat menetapkan peraturan yang mewajibkan pengolahan limbah plastik secara lebih sistematis, termasuk pengurangan penggunaan plastik sekali pakai dan peningkatan fasilitas daur ulang. Selain itu, regulasi khusus untuk industri garam perlu diberlakukan guna memastikan proses produksi bebas dari kontaminasi. Misalnya, industri diwajibkan untuk menggunakan sistem filtrasi pada tahap awal pengolahan air laut guna memisahkan partikel mikroplastik. Pengawasan yang lebih ketat terhadap kualitas garam yang dipasarkan juga dapat membantu mencegah produk yang terkontaminasi mencapai konsumen.

Dari sisi industri, inovasi teknologi harus menjadi fokus utama dalam meningkatkan kualitas produksi garam. Penggunaan teknologi modern, seperti membran filtrasi, dapat membantu menyaring mikroplastik dari air laut sebelum proses evaporasi dimulai. Selain itu, perusahaan dapat mengadopsi praktik yang lebih berkelanjutan, seperti menggunakan metode tertutup untuk melindungi garam dari paparan pencemaran udara selama proses pengeringan. Selain itu, kerja sama dengan lembaga penelitian untuk menemukan metode produksi yang ramah lingkungan dan efektif dapat membantu mempercepat penerapan solusi-solusi tersebut. Dengan investasi pada teknologi canggih, industri garam dapat meningkatkan daya saing sekaligus menjaga kepercayaan konsumen.

Selain upaya dari pemerintah dan industri, peran masyarakat juga sangat penting dalam mengatasi masalah ini. Edukasi dan kampanye publik harus digencarkan untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya mikroplastik. Masyarakat perlu didorong untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendaur ulang limbah rumah tangga, dan berpartisipasi aktif dalam program pembersihan lingkungan. Kampanye kesadaran melalui media sosial, sekolah, dan komunitas lokal dapat menjadi sarana efektif untuk membangun budaya peduli lingkungan. Dengan dukungan dan partisipasi aktif dari masyarakat, upaya untuk mengurangi mikroplastik di lingkungan dan rantai pasokan garam akan lebih berhasil dan berkelanjutan.

Daftar Pustaka

Browne, M. A., et al. (2011). Accumulation of microplastic on shorelines worldwide: Sources and sinks. Environmental Science & Technology, 45(21), 9175-9181.

Imhof, H. K., et al. (2017). Microplastic pollution in freshwater ecosystems. Environmental Science & Technology, 51(19), 10864-10873.

Kabir, E., et al. (2020). Microplastics in sea salt: A review. Environmental Science and Pollution Research, 27(10), 11431-11441.

Werner, S., et al. (2019). Microplastic contamination of sea salt from different regions. Environmental Science & Technology, 53(15), 8614-8623.

Wright, S. L., et al. (2013). Microplastic ingestion by marine zooplankton. Environmental Science & Technology, 47(15), 7844-7851

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun