بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Garam merupakan salah satu bahan pokok yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Selain sebagai bumbu masakan, garam juga memiliki peran besar dalam menjaga kesehatan. Indonesia sebagai negara maritim memiliki potensi besar dalam produksi garam. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), produksi garam di Indonesia mencapai 1.354.111 ton pada tahun 2020.
Proses pembuatan garam di Indonesia memiliki 2 metode, yaitu metode tradisional dan metode modern. Sebagian besar produksi garam laut di Indonesia masih menggunakan metode tradisional yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Proses ini dimulai dengan memanfaatkan lahan tambak di sekitar pesisir pantai. Air laut dialirkan ke tambak-tambak kecil melalui saluran irigasi, kemudian dibiarkan mengendap untuk menghilangkan sebagian besar kotoran. Setelah itu, air laut yang telah bersih dibiarkan menguap secara alami di bawah sinar matahari selama beberapa hari hingga kristal garam mulai terbentuk. Garam yang dihasilkan kemudian dikumpulkan secara manual oleh petani garam dan siap untuk diproses lebih lanjut. Kemudian untuk metode modern, Beberapa produsen garam di Indonesia mulai mengadopsi metode modern untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi. Metode ini biasanya melibatkan penggunaan kolam penguapan tertutup atau sistem evaporasi buatan yang lebih terkontrol. Dalam proses ini, air laut terlebih dahulu disaring menggunakan teknologi filtrasi untuk memisahkan kotoran dan partikel mikroplastik. Setelah itu, air laut yang telah bersih dipanaskan dalam wadah tertutup menggunakan energi panas buatan hingga menguap dan menghasilkan kristal garam dengan kemurnian tinggi. Keunggulan metode modern adalah kemampuannya untuk memproduksi garam dengan kualitas lebih baik dan lebih higienis dalam waktu yang lebih singkat. Namun, metode ini membutuhkan investasi awal yang cukup besar untuk pengadaan peralatan canggih, sehingga masih belum banyak diterapkan secara luas di Indonesia. Kendati demikian, penggunaan metode modern menunjukkan potensi besar untuk meningkatkan daya saing garam Indonesia di pasar global.
Namun, belakangan ini muncul kekhawatiran tentang kualitas garam yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Penelitian terkini menunjukkan bahwa garam di Indonesia telah terkontaminasi oleh mikroplastik. Mikroplastik adalah partikel plastik kecil yang berukuran kurang dari 5 milimeter. Kontaminasi mikroplastik pada garam dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Sumber utamanya berasal dari limbah plastik yang terdegradasi di lingkungan, seperti tas plastik, botol, dan pakaian sintetis. Laut Indonesia yang tercemar limbah plastik menjadi jalur utama kontaminasi mikroplastik ke dalam garam yang dihasilkan secara lokal.
Penelitian menunjukkan bahwa garam laut di Indonesia memiliki tingkat kontaminasi mikroplastik yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain. Beberapa jenis mikroplastik yang sering ditemukan meliputi polietilena, polipropilena, dan polistirena, yang semuanya memiliki potensi bahaya bagi kesehatan manusia. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi garam tertinggi di dunia. Diperkirakan bahwa sekitar 90% dari total konsumsi garam di Indonesia berasal dari garam laut yang diproduksi secara lokal.
Faktor Penyebab Kontaminasi
Kontaminasi mikroplastik pada garam di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Pencemaran Laut oleh Limbah Plastik
Pencemaran plastik di laut menjadi penyebab utama kontaminasi mikroplastik pada garam laut. Indonesia, sebagai negara dengan garis pantai yang sangat panjang, menghadapi tantangan besar dalam mengelola limbah plastik yang terus meningkat. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu penyumbang terbesar limbah plastik ke laut di dunia. Plastik yang terbuang di lautan, baik dari aktivitas domestik maupun industri, akan terurai menjadi partikel-partikel kecil akibat paparan sinar matahari, gesekan air, dan aktivitas biologis. Mikroplastik ini kemudian tercampur dengan air laut yang digunakan untuk produksi garam, sehingga memengaruhi kualitas garam yang dihasilkan.
Pencemaran plastik ini diperburuk oleh minimnya fasilitas pengelolaan limbah yang memadai di banyak wilayah pesisir Indonesia. Banyak sampah plastik yang akhirnya dibuang langsung ke laut tanpa melalui proses pengolahan. Selain itu, aktivitas wisata dan perikanan juga berkontribusi terhadap peningkatan volume sampah plastik di kawasan pesisir. Kondisi ini menjadi tantangan serius karena air laut yang tercemar menjadi bahan baku utama dalam produksi garam laut di Indonesia.
2. Proses Produksi yang Kurang Higienis