Mohon tunggu...
Alfa Anisa
Alfa Anisa Mohon Tunggu... Editor - Penulis Blitar

Saat sedang sendirian, lebih suka menikmati waktu untuk berimajinasi, melamun dan menyendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biarkan Aku Mencari Rumah

17 Januari 2024   21:50 Diperbarui: 17 Januari 2024   21:52 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oh iya lupa,  cuma kamu perempuan yang nggak nyari pasangan kaya.  Hehe." Balas Mas tertawa sambil mengelus kepalaku lembut.

"Makanya Mbak Atiq dulu pernah menyukaimu karena Mas arsitek, punya pekerjaan dan penghasilan mapan, kan, " tanyaku memancing rasa penasaran. 

"Mungkin saja. Tapi sayangnya aku tahu mana perempuan yang menyukai karena cinta dan karena harta. Hehe,"kata Mas tertawa ringan. "Prano dulu saat kuliah hidupnya sederhana banget, kadang sehari bisa nggak makan, karena beasiswa telat. Soal pernikahan, katanya dulu ingin menikah yang sederhana saja. Jauh berbeda dengan Mbak Atiq yang sebenarnya menerima apapun keadaan Prano, tapi soal prinsip pernikahan ingin dirayakan dengan mengundang tamu banyak orang."

Mas menghela napas berat, "Beda prinsip soal pernikahan itulah yang mungkin jadi alasan untuk berpisah,"

"Hm." gumanku pendek.  Menurut istilah agama yang pernah kudengar namanya tak sekufu atau sederajat, dan berpisah memang jalan terbaik agar saling menemukan rumah yang tepat. 

**

"Tanggal 2 Januari datanglah ke rumah. Ucapin selamat gitu udah jadi istri orang. Wkwk,"

Lagi-lagi pesan dari Mbak atiq tak sengaja kubaca.  Namun kali ini sepertinya kabar gembira karena tahun baru akhirnya punya rumah yang selalu dinantikan. 

Sebenarnya aku tak pernah tahu lagi kabar Mbak Atiq, sejak awal Desember lalu saling bercerita akhir kisah cinta Prano dan Mbak Atiq yang kandas gegara tak sejalan soal prinsip pernikahan. Prano ingin hidup sederhana saja,  mengikuti garis takdir dan nasib sesuai kemampuannya,  sedangkan Mbak Atiq ingin menempuh jalur menanjak agar jadi orang yang punya penghasilan mapan. 

"Mbak Atiq jadi menikah sama temenmu, Mas?" tanyaku kepada Mas yang sedang sibuk di depan komputer.  

Mas menoleh kepadaku, "ya begitulah. Katanya cuma mau tunangan dulu, eh ternyata nikahan sekalian."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun