Mohon tunggu...
Alfa Anisa
Alfa Anisa Mohon Tunggu... Editor - Penulis Blitar

Saat sedang sendirian, lebih suka menikmati waktu untuk berimajinasi, melamun dan menyendiri.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Dari Warung Makan hingga Berkeliling Kota, Hiburan Sahur yang Tak Biasa

7 April 2023   23:22 Diperbarui: 7 April 2023   23:24 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Besok sahurnya di luar aja, ya, di warung gitu. Pengen sesekali makan sahur di luar," ajakku kepada Mas yang mengernyitkan dahinya.

"Kalau nggak dingin banget, ya," jawabnya singkat. Aku mengangguk dan tersenyum senang.

Begitulah hiburanku beberapa hari yang lalu menjelang sahur, jam 3 pagi. Saat itu kami memilih warung makan yang berada di tengah kota, warung sambal cobek yang buka 24 jam.

Tak ada alasan apapun kenapa ingin sahur di luar rumah. Aku cuma ingin menikmati dini hari dengan berkeliling kota, menghirup sejuknya angin saat tak ada kendaraan yang saling berebut mendahului.

Berbeda saat menjelang buka puasa yang selalu ramai kendaraan. Saat sahur justru benar-benar sunyi, barangkali orang-orang tak ingin disibukkan dengan udara dingin yang mencoba mengakrabi.

Ada Makna Tak Biasa, Bertemu Orang-orang yang Berjuang dengan Nasibnya

Saat memilih warung makan yang buka 24 jam, aku sudah diingatkan oleh mas bahwa warung ini berbeda dengan rumah makan yang biasa didatangi berdua.

Warung makan yang lebih banyak dikunjungi lelaki, ojek online, atau orang-orang yang kelelahan habis meronda untuk mengingatkan waktu sahur.

Aku pun mengiyakan, dan ternyata memang benar. Saat baru menginjakkan kaki menuju warung yang terletak di tepi jalan, pandanganku langsung ke seluruh penjuru ruangan.

Tak ada perempuan di warung makan itu, hanya aku saja sepertinya perempuan pertama yang akan menghabiskan waktu sahur di warung makan. Namun ternyata setelah beberapa jam kemudian ada seorang ibu bersama keluarganya yang juga mampir. Syukurlah.

"Kenapa warung ini ramai laki-laki, ya?" Tanyaku kepada mas, sambil duduk di kursi panjang dekat pintu masuk, menunggu pesanan lauk selesai digoreng.

"Karena murah, dan nasi bisa ambil sesukanya, itulah yang disukai lelaki," jawabnya yang membuatku terdiam.

Aku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan dan berhenti pada sosok dua orang bapak-bapak yang berjaket ojek online sibuk menatap layar ponselnya.

Keduanya terlihat saling mengobrol, sambil sesekali menyeruput kopi hitam dan menyulut rokok di tangan kanannya.

Sontak aku malah berpikir tentang keluarganya. Saat sahur yang harusnya bisa menemani keluarga di rumah, tetapi mereka harus tetap berjuang mencari nafkah untuk bertahan hidup.

Dari pikiran itulah membuatku tersadar bahwa aku harus lebih banyak bersyukur, bahwa di bulan Ramadan ini aku masih bisa menjalankan ibadah puasa bersama keluarga.

Berkeliling Kota, Hiburan Sahur yang Tak Biasa 

Setelah selesai makan sahur di warung, mas mengajakku untuk keliling kota. Aku pun mengusulkan untuk melewati alun-alun kota.

Udara dini hari selalu memberikan kenyamanan tersendiri. Ada kedamaian dan ketenangan yang ditawarkan kepada orang-orang yang berkenan untuk sejenak beribadah kepadaNya.

Apalagi aroma dari angin dini hari di bulan Ramadan seolah menawarkan rahasia paling tenang. Udara dingin yang berbeda dari hari-hari biasa. Yah, begitulah hiburanku yang sederhana. 

***
07042024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun