"Kenapa warung ini ramai laki-laki, ya?" Tanyaku kepada mas, sambil duduk di kursi panjang dekat pintu masuk, menunggu pesanan lauk selesai digoreng.
"Karena murah, dan nasi bisa ambil sesukanya, itulah yang disukai lelaki," jawabnya yang membuatku terdiam.
Aku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan dan berhenti pada sosok dua orang bapak-bapak yang berjaket ojek online sibuk menatap layar ponselnya.
Keduanya terlihat saling mengobrol, sambil sesekali menyeruput kopi hitam dan menyulut rokok di tangan kanannya.
Sontak aku malah berpikir tentang keluarganya. Saat sahur yang harusnya bisa menemani keluarga di rumah, tetapi mereka harus tetap berjuang mencari nafkah untuk bertahan hidup.
Dari pikiran itulah membuatku tersadar bahwa aku harus lebih banyak bersyukur, bahwa di bulan Ramadan ini aku masih bisa menjalankan ibadah puasa bersama keluarga.
Berkeliling Kota, Hiburan Sahur yang Tak BiasaÂ
Setelah selesai makan sahur di warung, mas mengajakku untuk keliling kota. Aku pun mengusulkan untuk melewati alun-alun kota.
Udara dini hari selalu memberikan kenyamanan tersendiri. Ada kedamaian dan ketenangan yang ditawarkan kepada orang-orang yang berkenan untuk sejenak beribadah kepadaNya.
Apalagi aroma dari angin dini hari di bulan Ramadan seolah menawarkan rahasia paling tenang. Udara dingin yang berbeda dari hari-hari biasa. Yah, begitulah hiburanku yang sederhana.Â
***
07042024