Mohon tunggu...
Naufal Alfarras
Naufal Alfarras Mohon Tunggu... Freelancer - leiden is lijden

Blogger. Jurnalis. Penulis. Pesilat. Upaya dalam menghadapi dinamika global di era digitalisasi serta membawa perubahan melalui tulisan. Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah. "Dinamika Global dalam Menghadapi Era Digitalisasi" Ig: @naufallfarras

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

AirVisual, Berawal dari Kualitas Udara di China

30 Juli 2019   14:52 Diperbarui: 30 Juli 2019   15:02 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi AirVisual (Sumber: connectedcrib.com)

Melalui situs resmi AirVisual, Air Quality Index (AQI) Jakarta masih berada di posisi puncak sebagai kualitas udara paling tidak sehat yang berada di angka 160 pada hari ini pukul 10.50 WIB. Angka ini memang terus berubah sewaktu-waktu.

AQI merupakan sebuah indeks yang menggambarkan tingkat kualitas udara di suatu wilayah. Perhitungan ini berdasarkan enam jenis polutan utama, yakni asam belerang, karbon monoksida, nitrogen dioksida, ozon permukaan tanah, PM 10, dan PM 2,5.

Perhitungan indeks AQI memiliki rentang nilai 0 hingga 500. Skor 0-5 udara bagus, 51-100 moderat, 101-150 tidak sehat bagi mereka yang sensitif, 151-200 tidak sehat, dan 201-203 sangat tidak sehat. Serta diatas angka tersebut kategori berbahaya.

Sehingga, angka 160 menunjukkan kualitas udara di Jakarta masuk kategori tidak sehat versi AirVisual. Platform ini diketahui mampu mengukur kualitas udara di lebih dari 10 ribu lokasi secara global.

AirVisual diluncurkan oleh Yann Boquillod asal Perancis pada tahun 2015. Platform ini berawal ketika Yann berada di China dan ingin mencari tahu seberapa besar tingkat polusi di Negeri Tirai Bambu.

Yann menyebutkan bahwa platform besutannya mampu menghitung kualitas udara secara berkala dan dinamis. AirVisual diharapkan menjadi solusi dalam mengukur level polusi di suatu wilayah.

Dikutip dari detikinet, AirVisual menggunakan laser dalam menghitung jumlah partikel di udara. Data tersebut selanjutnya diolah dengan algoritma khusus untuk dikalibrasi dengan faktor eksternal seperti temperatur dan kelembapan.

AirVisual memiliki dua tampilan, tampilan pertama berupa peta dua dimensi. Dan kedua tampilan yang menyerupai Google Earth yang menampilkan informasi kualitas udara yang tersebar di berbagai titik.

AirVisual juga dapat memberikan saran dan peringatan kepada pengguna terhadap apa yang mesti dilakukan berdasarkan kualitas udara. AirVisual pun dapat diakses melalui situs resmi maupun smartphone.

Alat ukur yang digunakan AirVisual di Jakarta berada di BMKG Kemayoran dan Kedubes AS Jakarta dengan standar internasional. AirVisual merupakan produk yang berasal dari manca negara.

Setiap negara memiliki AQI yang berbeda-beda dan menyesuaikan dengan standar kualitas udara nasional yang ditetapkan oleh masing-masing negara bersangkutan.

Di Indonesia, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) digunakan sebagai nilai untuk mengukur kualitas udara. Perbedaannya terletak pada konsentrasi debu yang diukur.

Perhitungan ISPU berdasarkan konsentrasi debu partikulat PM10 atau debu polutan berukuran ~10 mikron. Sedangan perhitungan US AQI yang digunakan platform AirVisual berdasarkan PM2,5 atau debu polutan berukuran ~2,5 mikron.

Namun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Pemprov DKI menyatakan bahwa mereka memiliki data tersendiri dan data milik AirVisual bukanlah sebagai acuan.

Salah satu penyumbang polusi terbesar di Indonesia datang dari rendahnya kualitas bahan bakar serta teknologi mesin kendaraan bermotor yang menyebabkan sisa pembakaran tak sempurna.

Bahan bakar memiliki suatu standar kualitas yang dapat dikatakan bagus sehingga meminimalisir polusi udara. Teknologi mesin kendaraan turut berperan penting dalam menentukan polusi udara dalam proses pembakaran.

Aktivitas pabrik industri, konstruksi pembangunan, dan debu jalanan juga menjadi penyebab mengapa kualitas udara di Ibukota kian memprihatinkan.

Sebagai warganet, semestinya tidak perlu memperdebatkan alat ukur jenis apa yang menjadi acuan. Karena pada dasarnya setiap instansi atau platform memiliki metode tersendiri yang bertujuan untuk memberikan informasi aktual mengenai kualitas udara.

Salah satu keunggulan yang dimiliki AirVisual, yakni kemudahan dalam mencari informasi mengenai kualitas udara di suatu wilayah. AirVisual yang dapat diakses melalui situs resmi bahkan melalui smartphone semakin memudahkan warganet.

Tidak heran apabila platform ini mulai diandalkan masyarakat terkhusus Ibukota dalam memantau dinamika kualitas udara di Jakarta. Hal ini bertujuan agar kondisi kesehatan tetap terjaga sebelum beraktivitas.

Upaya yang dapat dilakukan dalam meminimalisir polusi udara salah satunya dengan rutin melakukan cek kelayakan kendaraan bermotor sebelum berkendara. Oleh karena itu, memahami akan bahaya polusi udara perlu ditingkatkan.

Bogor, 30 Juli 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun