Kehadiran perangkat cerdas mulai hadir disetiap aktivitas sehari-hari manusia. Mulai dari speaker hingga fenomena jam pintar yang menjadi perbincangan hangat dalam beberapa waktu belakang.
Lembaga riset International Data Corporation (IDC) memprediksi pada tahun 2020 mendatang pangsa pasar smartwatch dalam kategori perangkat wearable atau dipakai di tubuh manusia akan mendominasi secara global.
IDC memproyeksikan pada tahun 2020 jumlah pengiriman perangkat wearable akan meningkat hingga 213,6 juta unit dengan tingkat pertumbuhan sebesar 20 persen per tahun.
Smartwatch atau jam tangan pintar kini telah dilengkapi sistem operasi Android maupun iOS Watch. Fitur yang ditawarkan dalam berbagai jenis smartwatch tidak kalah saing dengan fitur smartphone.
Smartwatch dilengkapi fitur kamera, dapat melakukan panggilan telepon, hingga dilengkapi GPS dimana posisi pengguna dapat terpantau. Ada juga yang dilengkapi sensor accelerometer yang digunakan untuk mengukur percepatan gerak pengguna.
Kehadiran berbagai teknologi di kehidupan saat ini perlu meningkatkan rasa waspada dan hati-hati ketika menggunakan perangkat yang terhubung dengan jaringan internet.
Perangkat cerdas seperti smartwatch yang tidak dilengkapi perlindungan data dengan kode rahasia acak atau teknologi enkripsi justru semakin berbahaya karena mudah diretas dan disalahgunakan oleh penjahat siber.
Laporan The Verge menyebutkan otoritas Jerman sejak beberapa tahun yang lalu diketahui telah mengesahkan aturan tentang larangan penggunaan smartwatch oleh kaum anak-anak.
Bukan malah mempermudah pekerjaan, justru jika smartwatch digunakan oleh anak-anak akan menimbulkan potensi bahaya yang mengancam keselamatan mereka. Hal ini yang menjadi alasan otoritas setempat.
Otoritas Jerman juga sudah resmi melarang penjualan jam tangan pintar untuk anak-anak. Orang tua yang sudah terlanjur memberikan jam tangan pintar kepada buah hatinya, diimbau untuk menghancurkan perangkat cerdas tersebut.
Penyalahgunaan data pribadi oleh oknum tertentu sangat mungkin menimpa smartwatch dengan tingkat keamanan rendah. Salah satunya apabila jam mampu mendeteksi keberadaan anak-anak melalui GPS.
Dengan beragam fitur yang terdapat dalam smartwatch, orang tua mampu memantau lokasi sang anak dari kejauhan. Suara apapun yang berada disekitar sang anak juga dapat diketahui dengan mudah oleh orang tua.
Yang perlu diingat bahwa posisi orang tua mempunyai kendali atas smartwatch milik anaknya. Namun, tanpa dilengkapi teknologi enkripsi yang memadai kendali perangkat ini dapat beralih tangan dengan teknik peretasan sederhana saja.
Pemanfaatan smartwatch untuk mendengarkan lingkungan sekitar dapat dianggap sebagai sistem transmisi ilegal. Karena berpotensi membahayakan, otoritas Jerman melarang keberadaan smartwatch ini untuk anak-anak.
Memberikan perangkat cerdas kepada anak-anak yang masih berusia dibawah 12 tahun ternyata menimbulkan dampak negatif yang berbahaya bagi kesehatan seperti menghambat tumbuh kembang otak, mental, dan bahkan fisiknya.
Penggunaan smartwatch mewah juga lebih riskan dari sisi keamanan diri dimana sang anak lebih berpeluang besar diincar oleh perampok atau penculik. Penyebabnya smartwatch yang digunakan di pergelangan tangan terlihat lebih mencolok.
Arus perubahan di era digitalisasi tidak hanya melibatkan orang dewasa, golongan anak-anak untuk saat ini tidak bisa dikesampingkan dari kemajuan teknologi. Tak jarang, anak-anak sekarang lebih melek teknologi dibandingkan para orang tua.
Dalam menghadapi fenomena jam pintar yang sangat digandrungi anak-anak saat ini, komunikasi dan koordinasi antara orang tua dan anak perlu ditingkatkan. Pembelian smartwatch mesti disesuaikan dengan kebutuhan antar kedua pihak.
Baik orang tua maupun sang anak tidak dibenarkan hanya mengikuti fenomena yang ada saja. Yang terpenting dimana edukasi terkait dampak positif maupun negatif beserta prosedur pemakaian smartwatch mampu dipahami oleh orang tua dan anak.
Bogor, 25 Juli 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI