Sedangkan pada saat terjadi badai, Google Maps berusaha memperkirakan kemana saja arah yang akan dilewati badai dan kapan badai tersebut tiba kepada pengguna apabila sedang berada di dekat lokasi kejadian.
Dan untuk banjir, Google Maps akan memberikan peta area mana saja yang terkena banjir serta tingkat keparahan di beberapa area sehingga pengguna mampu menemukan alternatif terbaik.
Namun, pembaruan fitur ini tidak dapat dirasakan oleh seluruh pengguna Google Maps. Hanya visual gempa bumi yang tersedia secara global.
Visual badai baru tersedia di wilayah Amerika Serikat, Meksiko, Karibia, serta Eropa Barat. Sedangkan di Asia tersedia di negara China, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Dan terakhir visual banjir baru tersedia untuk India dimana negara tersebut sangat rentan terjadinya bencana banjir.
Fitur Google Maps ini bertujuan untuk menjauhi area bencana alam yang sedang terjadi untuk menghindari kecelakaan lalu lintas. Selain itu juga tersedia mode augmented reality (AR) untuk memperjelas titik lokasi pengguna.
Peringatan bencana alam yang dimiliki Google Maps akan terhubung otomatis dengan pengguna pada saat melintasi daerah yang terkena bencana alam.
Informasi perihal penutupan jalan akibat bencana alam akan segera diterima sekaligus alternatif terbaik untuk melewatinya.
Pengguna juga dapat mengakses lokasi bencana yang terjadi di wilayah lain meskipun pengguna tidak berada disana. Cukup dengan meng-input nama daerah dan Google Maps akan menampilkan informasi mengenai daerah itu.
Mampu Mengurangi Dampak Bencana Alam
Sebagai negara yang rawan akan bencana, aplikasi Google Maps dengan fitur peringatan bencana alam dirasa akan sangat membantu masyarakat Indonesia. Terbukti dengan bencana banjir yang melanda di beberapa wilayah Indonesia.
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), diperkirakan tanggal satu hingga lima Juni 2019 berpotensi hujan lebat di beberapa wilayah Indonesia.